Jakarta Review – Jaringan hotel yang dikelola oleh HIG (Hotel Indonesia Group) kini makin bertambah seiring dengan bergabungnya hotel yang dimiliki oleh PT Jakarta Tourisindo, BUMD perhotelan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
PT Jakarta Tourisindo kini memiliki 5 hotel yang terdiri dari Grand Cempaka Business, Grand Cempaka Resort & Convention, D’Arcici Cempaka Putih Hotel Budjet, D’arcici Sunter Hotel Budjet, D’Arcici Plumpang Hotel Budjet yang berlokasi di Jakarta dan Cipayung Puncak Bogor. Sementara HIG kini memiliki 38 hotel yang terdiri dari 14 hotel milik HIN, 7 hotel milik Aerowisata, 7 Hotel milik Patrajasa, 9 hotel milik anak perusahaan PT Pegadaian (Persero) dan Hotel Manohara milik PT Taman Wisata Candi (Persero). Dengan bergabungnya PT Jakarta Tourisindo, maka jaringan HIG bertambah jumlahnya menjadi 43 hotel.
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said mengatakan jaringan hotel yang dikelolanya selalu mengusung sentuhan lokal setempat. Semuanya diramu dengan nilai Five Sense yang dimasukan dalam pelayanan (apa yang didengar, dicium, dirasa, disentuh dan diraba).
“Nah semuanya bisa dimasukan unsur betawi di hotel yang dimiliki Jakarta Tourisindo. Misalnya kami akan menyajikan makanan dan minuman khas betawi di buffet seperti kerak telor, bir peletok dan aneka sajian lainnya,” tuturnya.
Tak hanya itu, akan digelar juga even-even khusus panggung betawi dan musik-musik nuansa betawi secara periodik. Even-even pariwisata khas betawi juga nanti jadi etalase disini. Bahkan kami juga akan membuat display baju tradisional betawi. Siapa tahu tamu-tamu dari wilayah lain jadi pengen foto dengan pakaian betawi.
“Hotel dibawah naungan Jakarta Tourisindo adalah mewakili Jakarta. Jadi kalau ada even HUT DKI Jakarta ya di hotel kita harus terasa suasananya karena ada sesuatu yang kita rayakan juga disini. Nah unsur lokalah yang menjadi pembeda jaringan hotel kita dengan jaringan hotel lainnya,” cetusnya.
Harus Punya Ciri Khas dan Karakter
Sementara itu Direktur Utama PT Jakarta Tourisindo, Emeraldo B. Parengkuan mengatakan bahwa pihaknya sudah memasukan five sence dan menerjemahkannya dalam filosofi perusahaan. Karena itu lanjutnya kerjasama antara PT Jakarta Tourisindo dengan HIG menjadi sinkron.
“Apa yang dijadikan karakter di HIG sudah diterapkan juga disini, ini akan memudahkan sinkronisasi yang akan dilakukan HIG ketika masuk ke Jaktour,” terangnya.
Emeraldo menambahkan saat ini pihaknya dalam tahap mengidentifikasi budaya betawi apa saja yang bisa dimasukan di hotelnya. Misalnya ornament-ornemen tertentu, makanan dan minuman dan seterusnya.
“Semuanya sudah dibicarakan dengan Bamus Betawi. Karena itu terpikir suatu waktu kami buat even juga. Mumpung mereka yang punya sumbernya, jadi kita tinggal kerjasama dengan mereka dan pihak terkait lainnya,” paparnya
Singkatnya lanjut Emeraldo, pihaknya sangat siap mendukung implementasi Perda Nomor 229 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelestarian Kebudayaan Betawi serta Pergub Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi.
“Tanpa dibuat begitupun kita sudah mengarah kesana. Kami berfikir industri hotel itu persaingannya sangat ketat karena itu kalau nggak punya ciri khas dan karakter yang kuat lama-lama kita akan kalah bersaing,” tandasnya. (win)