Jakarta Review – Restrukturisasi manajemen di PT Jakarta Tourisindo mulai membuahkan hasil postif. November 2016 lalu Grand Cempaka Bisnis Hotel Jakarta mencatat pendapatan sebesar Rp.4,8 miliar. Hasil tersebut merupakan rekor buat hotel yang terletak di bilangan cempaka putih tersebut. Pasalnya pada periode yang sama tahun lalu, Hotel ini hanya mencatat pendapatan sebesar Rp4,3 miliar.
“Hasil Rp4,8 miliar tersebut patut disyukuri, pasalnya pencapaian tersebut tidak saja melampaui target direksi yang sebesar Rp.3,2 miliar, tapi juga sekaligus melampaui pencapaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp.4,3 miliar. Dan ini pencapaian terbesar sepanjang sejarah berdirinya Grand Cempaka Bisnis Hotel Jakarta,” kata GM Grand Cempaka Bisnis Hotel, Mulyanis Putra saat memberikan penjelasan di kantornya kepada Jakarta Review, Selasa, 20 Desember 2016.
Mulyanis menjelaskan, pada awalnya dirinya tidak menyangka pihaknya bisa mencapai pendapatan sebesar Rp4,8 miliar tersebut. Apalagi dirinya selama ini belum punya pengalaman mengelola hotel bintang 4 seperti GM Grand Cempaka Bisnis Hotel. Namun karena dukungan dari direksi dan dukungan teman-teman karyawan, akhirnya saya berani mengambil tanggung jawab tersebut.
“Bayangkan selama ini, saya banyak menghabiskan karir di hotel COne, jaringan hotel transit yang dimiliki oleh PT Jakarta Torisindo. Jadi sama sekali nggak kebayang bakal dipercaya mengelola Hotel Bintang 4 Plus seperti Grand Cempaka Bisnis Hotel,” tutur lelaki yang biasa disapa Icang ini kepada Jakarta Review.
Dengan dukungan tersebut, lelaki kelahiran 9 September 1964 ini lalu bergerak cepat. Untuk menyatukan visi, ia lalu gencar melakukan pendekatan dari hati kehati kepada jajaran manajer hotel dan karyawan yang berada dibawah kepemimpinannya. Hasilnya dalam waktu 3 bulan dirinya berhasil melampaui target pendapatan yang dibebankan manajemen.
“Ini berkat dukungan jajaran tim yang solid mas. Tanpa hal tersebut, mustahil kami bisa mencapai pendapatan Rp4,8 miliar di bulan November. Apalagi di bulan September dan Oktober kami tidak berhasil mencapai target pendapatan yang ditetapkan oleh direksi sebesar Rp3,2 miliar. Pada dua bulan tersebut pendapatan kami hanya Rp2,9 miliar dan Rp2,6 miliar,” ungkap lelaki yang aktif menjadi GM sejak 15 September 2016 tersebut.
Kini, keberhasilan mencatat rekor pendapat tersebut, menimbulkan tantangan tersendiri buat lelaki asal Minang tersebut. Yaitu bagaimana mempertahankan tren peroleh pendapatan yang positif tersebut.
“Terus-terang pencapaian rekor pendapatan tersebut, memberikan keyakinan kepada diri saya, bahwa target yang dibebankan oleh direksi bukan hal yang mustahil untuk bisa dicapai, asal jajaran manajemen hotel yang berada dibawah kepemimpinan saya satu visi dan kompak menjalankan strategi bisnis perusahaan,” tandasnya. (win)