Darjamuni: Upaya Menjaga Ketahanan Pangan Jakarta

Sebagai daerah konsumen, kondisi ketahanan pangan Jakarta sangat bergantung kepada daerah lain. Dibutuhkan banyak kerjasama dan kreatifitas untuk menjaga ketahanan pangan tersebut.
Jakarta Review – Belum lepas dari ingatan, tiap kali menjelang Perayaan Hari Raya Idul Fitri, pasokan daging di sejumlah pasar mendadak langka sehingga harganya melonjak sangat signifikan. Misalnya lebaran lalu, harga daging sapi yang biasanya hanya Rp.80.000 per kilo gram menjadi Rp.130.000 per kilo gram.
Tak ayal kondisi tersebut membuat para pedagang daging sapi mogok berdagang dan akan terus mogok hingga pemerintah menjamin harga daging turun. Pemerintah bahkan melakukan pertemuan-pertemuan dengan para pengusaha importir daging dan meminta pengusaha menurunkan harga agar tidak merugikan pedagang dan konsumen.
Nah tak ingin kondisi tersebut berulang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera bertindak cepat dengan menugaskan menugaskan Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta membangun peternakan sapi kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang.
Melalui kerjasama tersebut, Pemprov DKI Jakarta memberikan bantuan dalam hal pembibitan dan operasional peternakan sapi yang selama ini dipasok ke Jakarta. Nantinya, sapi-sapi NTT hasil pembibitan tersebut akan dikelola 2 BUMD di Jakarta yaitu PD Dharma Jaya dan PD Pasar Jaya. Selama ini setahun pasokan sapi dari NTT ke Jakarta hanya 60 ribu ekor. Padahal untuk Jakarta saja diperlukan 1000 ekor per harinya. Kedepan kalau semuanya berjalan lancar, kita berharap jumlah pasokannya akan meningkat menjadi 100-300 ribu lebih pertahunnya. Dengan demikian kita nggak usah banyak bergantung lagi dari impor, ungkap Darjamuni Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian Pemprov DKI Jakarta.
Kemudian untuk menindaklanjuti kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang, kini Pemprov DKI Jakarta sedang menjajaki pembelian lahan di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Lahan tersebut rencananya akan digunakan untuk penggemukan sapi yang sudah dikirim dari NTT ke Jakarta.
Seperti diketahui, dalam proses pengiriman di perjalanan sapi akan susut berat badannya. Karena itu sebelum sampai di Jakarta, sapi yang dikirim dari NTT tersebut akan digemukan dulu di Rumpin selama 3 bulan. Setelah itu, baru sapi dikirim ke Jakarta dan disebarkan di sejumlah pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Jaya.
Sejauh ini prosesnya sudah pada tahapan survei untuk pengadaan lahan. Luas lahannya bisa mencapai 100 hektar. Karena pada prinsipnya lebih luas makin bagus. Kami masih penjajakan untuk pengadaan lahan. Sudah kita temukan lokasinya, Tapi sementara ini administrasi suratnya masih bermasalah. Kebanyakan dikuasai oleh broker,tukas Alumnus IPB ini.
Lahannya sendiri lanjut Darjamuni, akan dibeli oleh PD Dharma Jaya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov DKI.
Jika pola kerjasama antara kita dengan NTT dan Rumpin berhasil, saya yakin Jakarta tidak akan mengalami kesulitan lagi soal pasokan daging, pungkas lelaki yang memiliki hobi diving tersebut.
Selain itu, Darjamuni mengaku ini mendapat mandat dari Gubernur DKI Jakarta, untuk mengembangkan budidaya ikan laut melalui sistem keramba jaring apung di Kepulauan Seribu. Terkait keinginan tersebut, dirinya sudah berkordinasi dengan Bupati Kepulauan Seribu. Ya benar, Gubernur minta agar kami lebih mengembangkan lagi budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung di Kepulauan Seribu,” paparnya.
Menurutnya, selama ini pihaknya sudah menjalankan budidaya ikan melalui keramba jaring apung di Kepulauan Seribu. Paling tidak sudah 1000 kotak dan tiap kotak berukuran 4 kali 4 meter. Hanya saja mungkin pak gubernur merasa skalanya masih belum besar dan harus ditingkatkan lagi. Kita kan punya balai benih ikan, karena itu kita akan mencoba kembangkan lagi. Ini agar lebih bisa memberdayakan masyarakat di Kepulauan Seribu, cetusnya.
Darjamuni menambahkan, untuk pengembangan budidaya ikan di Kepulaun Seribu, pihaknya dibantu oleh Intitut Pertanian Bogor (IPB).
“Mereka membantu kami melakukan zonasi. Ini karena tidak semua tempat di Kepulauan Seribu yang bisa dijadikan lokasi budidaya ikan, ” tuturnya.
Darjamuni yakin pengembangan budidaya ikan ini akan banyak bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pengembangan budidaya ikan ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin melihat keramba jaring apung dan mengkonsumsi ikan segar.
Kembangkan Pertanian Perkotaan
Ditengah keterbatasan lahan di Ibukota, bertani dan bercocok tanam, saat ini mungkin jadi aktivitas janggal yang dilakukan oleh warga Jakarta. Tapi tidak bagi sebagian warga RT 14/06 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat. Pasalnya meskipun berada di tengah kota, bertani telah menjadi bagian dari rutinitas warga untuk mengisi waktu luang.
Dibawah bimbingan Suku Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta Pusat, warga menyulap lahan kosong yang semula ditumbuhi oleh ilalang dan tumpukan sampah menjadi kebun sayur. Hasilnya warga bisa memanen aneka jenis tanaman sayuran dalam kondisi sangat baik dan segar.
Saya puas hasil panennya bagus-bagus, batang sayuran tebal, daunnya hijau segar dan nggak kena hama juga. Kalau kayak begini, kalah sayuran di supermarket,” ujar Joko Ketua Kelompok Tani warga RT 14/06 Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Apa yang dilakukan Joko dan teman-temannya adalah bagian dari program pertanian perkotaan lahan sempit yang dikembangkan oleh Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta.
Selaku Kepala Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI, Darjamuni menegaskan, tahun ini program pertanian perkotaan lahan sempit digalakkan di 66 titik pada lima wilayah kota dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Pelaksanaan program tersebut dilakukan bersama enam suku dinas hingga ke tingkat seksi pertanian yang ada di kelurahan dan kecamatan.
“Kita menyambut antusias dan semangat masyarakat Jakarta dalam mengembangkan pertanian lahan sempit. Kita juga sudah bekerjasama dengan RT/RW, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Bencana (BPMPKB) serta Tim Penggerak PKK (TP PKK) DKI, pelaku usaha dan sejumlah komunitas untuk mengembangkan program ini,”jelasnya kepada Jakarta Review.
Tahun ini, pihaknya juga sudah mengembangkan program pertanian lahan sempit dengan mengembangkan metode tabulampot, hidroponik, vertikultur dan aeroponik kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan. Harapannya, program ini bisa membantu ketahanan pangan di wilayah masing-masing, tandasnya. (Win)