Kadis Tata Air: Redam Banjir di Kawasan Kemang, Normalisasi Kali Krukut Harus Dilaksanakan
Jakarta Review – Banjir yang merendam kawasan Kemang akhir pekan lalu menguak fakta makin menyempitnya luas kali krukut. Luas kali yang melintasi kawasan Kemang dan sekitarnya tersebut kini tinggal 3 meter. Padahal di zaman Belanda luas kali kali krukut mencapai 25 meter persegi. Di tepi kali tersebut kini banyak berdiri bangunan berupa perumahan, hotel dan apartemen. Tak heran saat hujan deras akhir pekan lalu, banjir melanda kawasan tersebut pasalnya tembok rumah warga jebol karena tak mampu menahan limpasan air kali krukut.
Kejadian tersebut membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta normalisasi kali krukut untuk segera dilaksanakan. Tak hanya itu, Ahok begitu Basuki biasa disapa memerintahkan jajaran terkait untuk menertibkan bangunan yang melanggar.
Kepala Dinas Tata Air Teguh Hendrawan membenarkan, gubernur minta normalisasi harus dijalankan. Bahkan luas kali yang sekarang hanya 3 meter harus dikembalikan menjadi 20 meter. Konsekuensinya akan banyak bangunan yang ditertibkan, dibebaskan dan banyak warga yang akan direlokasi.
“Kalau warga nggak setuju, kita akan melakukan konsinyasi ke pengadilan negeri. Kan pemerintah punya kewenangan untuk kepentingan umum penetapan lokasi SK Gubernur, kita konsinyasi. Jadi yang namanya untuk kepentingan publik nggak boleh lagi tertunda. Konsinyasi pengadilan negeri. Kalau mereka (warga nggak ambil) kita tetap pembangunan untuk kepentingan umum jalan terus. Harusnya seperti itu,” ujar Kepala Dinas PU Tata Air Teguh Hendrawan kepada sejumlah wartawan usai rapat dengan Gubernur di Balaikota akhir Agustus lalu.
Sementara ini untuk mengambil langkah normalisasi preventif, pihaknya lanjut Teguh sudah melakukan pembuatan batu kali bronjong untuk menutup tembok warga yang jebol akibat limpasan kali krukut.
“Itu bukan tanggul kali loh. Tapi tembok warga yang jebol. Jadi ini perlu dipahami oleh semuanya, sekali lagi bukan karena saya cari salah benar. Tapi supaya mereka sadar. Gara-gara ini kita jadi kena bencana,” tuturnya.
Selain itu Dinas Tata Air juga memobilisasi alat berat. Setidaknya kita akan kirim 15-20 alat berat menggunakan mini spider yang kecil. Untuk menyisir kita gunakan amphibi mini dan Dam Truck 5-10 unit. Lalu kita bagi zona mulai Kemang Selatan 12 sampai dengan Petogogan belakang Tarakanita. Permasalahan di selatan di Pondok Labu, Pesanggrahan, sekarang di krukut, mobilisasi agak sulit karena padatnya lokasi pemukiman.
“Kita paling hanya bisa menggunakan mini eskavator, kalau mau pake yang long eskavator waduh beratlah. Lalu untuk pengerukan sediman lumpurnya pun paling 1,5 meter sudah bagus. Kenapa karena kalau terlalu dalam nanti longsor dong. Ini karena lebar kali tinggal 3 meter dan bangunan persis di pinggir kali kanan-kiri. Makanya kita bilang itu bukan tanggul kali, tapi tembok warga yang jebol, karena bangunan persis berdiri di pinggir kali krukut,” tandas Mantan Camat Pulo Gadung ini. (win)