MEGAPOLITAN

Kolaborasi dengan LKB, Dinas Kebudayaan DKI Gelar Bedah Buku Literasi Betawi untuk Film Indonesia  

Suasana Acara Bedah Buku Literasi Betawi untuk Film Indonesia yang digelar oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta berkolaborasi dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB)  pada Kamis, 26 Oktober 2023 di Eco Park Tebet, Jakarta Selatan. (dok: LKB)

Jakarta Review, Jakarta – Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB)  telah menyelenggarakan acara Bedah Buku Kebudayaan dengan tema “Literasi Betawi untuk Film Indonesia” pada Kamis, 26 Oktober 2023 di Eco Park Tebet, Jakarta Selatan.

Buku yang diperbincangkan adalah karya SM Ardan berjudul “Terang Bulan Terang di Kali”, sebuah kumpulan cerita klasik tentang keseharian masyarakat Betawi yang penuh warna.

SM Ardan dikenal sebagai sastrawan Betawi sekaligus pegiat film yang berpengaruh di Indonesia. Ia menggambarkan budaya Betawi dalam karya sastranya. Melalui bedah buku ini harapannya bisa digambarkan budaya Betawi dalam karya sastra penulis yang diyakini telah menjadi inspirasi untuk menggali tema Betawi dalam film.

Turut hadir Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana serta para pembicara inspiratif, yakni Yahya Andi Saputra (Budayawan, Seniman Sastra Lisan), Maudy Koesnaedi (Aktris Film Nasional), Maman S. Mahayana (Akademisi), N. Syamsyudin Ch. Haesy (Budayawan dan Aktivis Perfilman Nasional), Imbong Hasbullah (Sekjen Lembaga Kebudayaan Betawi), Ahmad Supandi, (Budayawan Betawi), dan Moderator: Delvy Zulyanti Nasution.

Imbong Hasbullah Sekjen LKB berbicara bahwa pada Tahun 1978, kepengurusan LKB banyak diisi oleh insan insan Film Nasional, antara lain Nawi Ismail, Soemanjaya, SM Ardan, Zainal Abidin, Misbach Yusa Biran dan seterusnya.

“Kala itu literasi Betawi banyak menjadi bahan cerita yang diangkat kedalam film. Karena itu, saat ini seharusnya banyak satrawan-satrawan  Betawi juga memiliki karya unggul yang berkualitas dan layak di tampilkan dalam film” ujarnya dalam keterangan resminya, (27/11/2023).

LKB lanjut Imbong melalui berbagai kegiatan dan aktivitas akan terus aktif memperkenalkan budaya betawi kepada masyarakat luas khususnya generasi muda.

“Kami ingin generasi muda atau yang saat ini dikenal dengan sebutan generasi milenial memahami sejarah dan kebudayaan betawi. Itu sebabnya kami aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan kepada masyarakat luas. Semoga kegiatan ini dapat menjadi sumber inspirasi, pengetahuan, dan wawasan baru untuk sobat budaya” tutur Imbong.

Maudy Koesnaedi dalam paparannya lebih banyak menyoroti soal Abang None Betawi (Abnon) yang seharusnya lebih banyak memiliki pengetahuan tentang Budaya Betawi. Oleh kerena itu salah satu untuk lebih mengenal persoalan budaya betawi tersebut buku karya SM Ardan ini penting untuk dibaca.

“Khususnya untuk remaja saat ini harus aktif lagi dalam membaca buku karya SM Ardan, apalagi buku cerpen SM Ardan sangat mudah dicerna dan mudah dibaca serta mudah dijadikan naskah film” ujar Maudy.

None Jakarta 1993 itu juga bercerita tentang beberapa cerita rakyat yang pernah dibawakannya dalam seni lakon yaitu teater.

“ Saya bergelut soal kebetawian karena marah saat jadi Abnon dan masih berumur 18 tahun diejek dengan sebutan anak baru gede bisa ape, kok jadi Abnon. Nah sejak itu dirinya ingin membuktikan bisa berbuat buat Betawi hingga saat ini” ungkap pemeran peran Zaenab di sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Sementara Budayan Betawi Ahmad Supandi mengatakan karya sastra merupakan peninggalan yang sangat berharga. Selama ini orang Betawi banyak di kenal sebagai ulama. Tetapi mungkin banyak orang yang belum paham bahwa karya karya SM Ardan sampai sekarang banyak yang masih mempelajarinya demikian juga ketokohan SM Ardan sebagai budayawan dan sastrawan Betawi yang menurutnya patut menjadi teladan bagi generasi muda.

Back to top button