BIROKRASIMEGAPOLITAN

Langkah Solusi di Utara Jakarta

Rustam Effendi, Walikota Jakarta Utara
Rustam Effendi, Walikota Jakarta Utara

Persolan sampah, infrastruktur jalan dan kesehatan menjadi sorotan pembangunan di Jakarta Utara. Tapi program penanganan banjir masih menjadi prioritas di Jakarta Utara.

Jakarta Review – Sebagai daerah pesisir, Jakarta Utara menjadi muara 13 sungai yang mengalir di wilayah Jakarta. Tak ayal kondisi ini membuat wilayah yang memiliki luas daratan 154,11 kilometer persegi ini sekaligus menjadi pintu gerbang gelombang pasang (rob) yang tak jarang menimbulkan banjir. Banjir adalah hal akrab bagi warga yang tinggal di Jakarta Utara. Selain karena muka tanah yang lebih rendah dari permukaan laut dan bangunan yang terus tumbuh, dan semakin hilangnya pesisir, membuat wilayah ini paling rentan terendam banjir, kata Walikota Jakarta Utara Rustam Effendi kepada Jakarta Review.

Berdasarkan pemetaan daerah rawan banjir di Ibukota yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, saat ini diketahui ada 89 daerah rawan banjir yang tersebar di lima wilayah kota. Dan Jakarta Utara menjadi kota terbanyak yang memiliki daerah rawan banjir yakni mencapai 22 titik.

Merujuk pada fakta tersebut, tak heran jika pada pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) April lalu, masalah penanganan banjir hingga kini masih menjadi perhatian utama di kawasan ini. Memang menghilangkan sama sekali banjir secara keseluruhan akan sulit. Tapi kami berharap seiring dengan waktu paling tidak frekuensi banjirnya jauh berkurang dan waktu banjirnya tidak berlangsung terlalu lama, ujar lelaki kelahiran Jakarta, 13 Oktober 1960 tersebut.

Kini menjelang musim penghujan, Pemerintah Kota Jakarta Utara menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Strategi tersebut antara lain, pembersihan seluruh drainase, saluran air, saluran Penghubung (PHB) dan pengerukkan danau atau waduk. Prinsipnya semua kali yang ada di Jakarta Utara harus bisa maksimal menampung air baik yang datang dari langit maupun yang datang dari daerah hulu. Caranya dengan melakukan pengerukan, sampah diangkat dan tarik dari badan air, kemudian bangunan di pinggir kali kita hilangkan agar steril dari bangunan, sebut mantan Plt Walikota Jakarta Pusat ini.

Hanya saja Jakarta Utara termasuk daerah yang rendah, maka perbaikan drainase tidaklah cukup. Karena itu setelah pembenahan kali dilakukan, agar bisa menampung air lebih banyak lagi, saat ini pihaknya juga merevitalisasi sejumlah waduk dan bahkan membuat beberapa waduk baru. Waduk dan danau kami benahi dengan menambah kapasitasnya, sementara itu secara bersamaan dipinggir laut harus dibuat tanggul penahan rob, sergah lelaki yang juga pernah menjadi mantan Wakil Walikota Jakarta Selatan itu.

Rustam yang pernah pula menjabat Sekretaris Kota Administrasi Jakarta Barat menambahkan, di bagian tengah kini masih ada waduk cincin (folker) yang sekarang sedang kita keruk karena kondisinya sudah dangkal. Kemudian juga ada waduk Sunter Selatan yang bisa menampung aliran dari kali sunter dan kali sentiong.

Di sisi timur bagian tengah yang berfungsi hanya Waduk Rawa Badak Utara dan Waduk Kodamar. Sayangnya keberadaan kedua waduk itu enggak cukup. “Waduk Rawa Badak Utara lagi-lagi sedang kita keruk. Sementara waduk kodamar kapasitasnya terlalu kecil. Karena itu seharusnya ada waduk lagi disekitar Kelapa Gading yang bisa jadikan penampungan air sementara sebelum dibuang ke laut,” tambahnya.

Selama ini, lanjutnya, air dari Kelapa Gading bertumpu di kali Sunter yang kondisinya sudah dikeruk dan ditinggikan. Tentu berharap pengerukan kali Sunter belum menyelesaikan ancaman banjir. Apalagi di Kawasaan Kepala Gading tak ada penampungan air yang memadai. “Karena itu, aliran air kali Sunter harus dibagi ke Kali Cakung lama dan kali Cakung. Sayangnya kali Cakung lama yang dulunya lebarnya 20 meter, sekarang menyempit karena banyak bangunan-bangunan di pinggir kali tinggal 2-3 meter. Karena itu kita akan mengembalikan lebar kali seperti kondisi awal. Persoalannya untuk menormalisasi kali tersebut, warga yang bermukim disana harus kita relokasi dan untuk itu lagi-lagi kita terkendala oleh ketersediaan rumah susun,” tunjuknya.

Awalnya untuk mengatasi banjir di Kelapa Gading, pihaknya berencana membuat sebuah waduk baru di tanah milik Batan Pertanahan Nasional (BPN) yang posisinya ada disebelah Mal Artha Gading. Tapi tahun ini hal tersebut tak bisa dikerjakan lantaran terbentur urusan administrasi.”Mungkin baru tahun depan bisa dieksekusi. Kalau waduk-waduk yang sudah ada kita benahi dan ditambah dengan pembuatan beberapa waduk baru, saya yakin hal itu akan banyak membantu menanggulangi banjir di wilayah Jakarta Utara, paparnya.

Rustam yang juga mantan kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI ini tak asal bicara. Pengalaman keberhasilan normalisasi Waduk Pluit setidaknya telah membuktikan hasil. Kini setelah sisi barat waduk tersebut selesai di normalisasi, banjir di wilayah terdekat menjadi bisa dikendalikan. Adapun kejadian banjir yang melanda istana tahun lalu, itu akibat PLN mematikan listrik, sehingga pompa yang ada enggak bisa berfungsi. “Kita berharap kalau sudah dibenahi, dikeruk, dilebarkan dan disedot lumpurnya, lalu pompanya kita fungsikan secara baik dan nggak ada yang mati, maka waduk ini akan bisa menampung kali ciliwung, kali besar barat, kali krukut bisa masuk kesitu lebih cepat lagi, maka dengan demikian aliran dari tengah akan cepat masuk ke Waduk Pluit dan kita pompa ke laut, tandasnya.

Jadi pompa-pompa air yang ada di Jakarta Utara dilakukan pengecekan agar dapat berfungsi dengan baik. Sejauh ini kondisi pompa yang baik, hanya yang ada di Waduk Pluit saja.Sekarang pemerintah pusat membantu kita dengan memberi 6 buah pompa lingkar. Tapi yang lainnya masih pompa lama. Karena itu mau nggak mau harus diremajakan dan kapasitasnya diperbesar. Kalau itu dilakukan. ditambahkan pemasangan tanggul untuk memperkuat, maka upaya pengendalian banjir akan lebih maksimal lagi, terangnya.

Tetapi lagi-lagi hal tersebut masihlah belum cukup. Sebab, dengan kondisi drainasenya yang kecil-kecil dan saluran penghubung belum dibenahi, maka bisa memperburuk keadaan. Pasalnya di Jakarta Utara kondisinya banyak yang nggak berfungsi karena banyak bangunan dan endapan sampah. Oleh sebab itu, Rustam berkeyakinan, sampah juga harus dibersihkan dan endapannya harus dikeruk.

Untuk itu, pihaknya melakukan koordinas dengan Dinas Tata Air, serta Suku Dinas Tata Air Jakarta Utara untuk melakukan pembongkaran inrit-inrit dan bangunan yang menutup saluran air. “Kami aktifkan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) untuk penanganan selokan, saluran kecil-kecil, dan memaksimalkan pengerukkan saluran PHB,” ungkapnya.

Singkatnya semua penataan tersebut bertujuan agar banjir lebih bisa dikendalikan. “Cita-cita sih manis banget. Saya ingin Jakarta Utara berkurang banjirnya, berkurang jalan lubangnya kalau belum mulus semua, enggak ada sampahnya, berkurang polusinya dan enggak macet jalannya. Itu harapannya, tutur Rustam.

Karena itu untuk mencapainya, program penataan harus terus dilakukan secara berkesinambungan. Prinsipnya kalau bisa dikerjakan sekarang, ya dikerjakan sekarang juga, enggak usah nunggu waktu. Tapi yang enggak bisa ya nanti dulu, terpaksa kta harus nunggu. Misalnya merelokasi penduduk sisi timur Waduk Pluit. Tapi untuk penataan kolong tol itu kita sikat langsung. Pasalnya rata-rata mereka bukan penduduk Jakarta, jelasnya.

Nah, untuk menjalankan semua program itu, Rustam pun bersama pasukannya bakal kerja ekstra total. Kuncinya selama masih dipercaya ya laksanakan tugas secara maskimal sebatas kemampuan dan kewenangan yang kita bisa. Gubernur bilang bagus ya Alhamdulilah, kalau jelek mau dicoret ya apa boleh buat. Kalau sudah begitu, nanti jadi enggak ada beban buat kami, bebernya.

Normalisasi Waduk Pluit Jalan Terus

Dari berbagai program penataan yang telah dijalankan di Jakarta Utara, yang selama ini berjalan lancar dan menjadi kebanggaan adalah Normalisasi Waduk Pluit. Tak terasa normalisasi Waduk Pluit yang dimulai pada tahun 2014 lalu itu, kini telah menginjak tahap kedua. Yaitu menormalisasi sisi timur waduk ini.

Rencananya untuk tahap kedua ini, ada 2 ribuan bangunan di sisi timur waduk yang akan dibongkar. Tahun depan merupakan terakhir normalisasi. Pada tahap ini, akan dibongkar lagi sisa 3 ribuan bangunan sehingga kondisi waduk akan benar-benar bersih dari bangunan liar.

Tahun lalu kami telah membongkar 2 ribu bangunan. Tahun ini targetnya juga 2 ribuan lagi, dan itu harus tuntas selambatnya Desember 2015, ujar Camat Penjaringan Yani Wahyu Purwoko.

Mantan Lurah Rawa Badak Utara ini yakin target normalisasi Waduk Pluit akan bisa dicapai. Pasalnya berbeda dengan tahap awal normalisasi yang berjalan alot. Kini sejumlah warga yang masih menghuni sisi timur waduk justru berharap segera direlokasi ke rusun. Sayangnya unit rusunnya belum tersedia. Cerita enaknya tinggal di Rusun membuat warga yang masih tinggal di sisi timur Waduk Pluit berharap bisa segera tinggal di rusun, tutur Lelaki kelahiran Jakarta 24 Februari 1973 ini.

Meski terkendala ketersediaan rusun sebagai tempat tinggal warga yang terkena relokasi, pihaknya tetap serius menjalankan program normalisasi. Apalagi sesuai jadwal proyek normalisasi waduk seluas 80 hektar itu diharapkan tuntas akhir 2016 mendatang.

Hingga kini lanjut Yani, baru sisi barat yang dihuni oleh 3000 an orang yang selesai dinormalisasi, sementara sisi timur yang dihuni oleh 7000 orang baru sebagian yang dinormalisasi. Dari 7000 bangunan yang ada di sisi timur, hingga kini sudah 2800 bangunan berhasil ditertibkan, terutama yang posisinya berada di Kali Gendong. Semuanya kita relokasi. Sisanya sekitar 4200 an masih menunggu ketersediaan rumah susun, paparnya.

Berbagai kiat pun dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta guna mengakali ketersediaan rusun. Misalnya dengan menyulap lantai dasar Rusun Muara Baru yang jumlahnya 12 blok sebagai tempat tinggal sementara warga sisi timur waduk pluit yang terkena relokasi. Berkat pendekatan yang intens kepada warga, Alhamdulillah sambil menunggu ketersediaan rusun, mereka ada yang mau tinggal di lantai dasar Rusun Muara Baru yang jumlahnya 12 blok. Diperkirakan 12 blok itu akan bisa menampung 150 hingga 200 an kepala keluarga, jelas Yani.

Tak hanya pembuatan sekat di rusun muara baru, Pemprov DKI lanjut Yani, juga berencana merevitalisasi Rusun Kali Pasir dari 5 lantai menjadi 12 lantai. Untuk sementara sebagai proyek percontohan 2 tower dulu yang akan dirubuhkan kemudian dibangun menjadi 12 lantai.

Yani menambahkan, prinsipnya kegiatan normalisasi nggak boleh terhenti. Karena itu, kesediaan warga untuk tinggal di lantai dasar Rusun Muara Baru tersebut sangat membantu percepatan program normalisasi Waduk Pluit. (Win)

Related Articles

Back to top button