Abdullah Gazam: Tidak Boleh ada Anak dan Orang Tua yang Terlantar dan Tak Terurus di Kota Sorong

Jakarta Review, Sorong – Setiap warga Negara Republik Indonesia dimanapun ia berada, berhak mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Abdullah Gazam selaku Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Papua Barat.
Dengan memegang teguh prinsip tersebut, Gazam demikian dirinya biasa disapa, kini sangat prihatin dan sedih saat dirinya bersama tim-nya menemukan sosok orang tua bernama Joyopodo yang menderita sakit keras dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sorong tanpa ada satupun sanak saudara yang menemani. Orang tua asli Lamongan Jawa Timur itu menanggung derita sendirian di RSUD Sorong.
Selain Joyopodo, Calon legislatif (Caleg) DPRD tingkat Provinsi Papua Barat asal PKB ini juga menemukan sosok Sebiana. Seorang janda yang terlantar dan harus menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Karena ketidakmampuan untuk membiayai sekolah, anak sulungnya yang sempat mengeyam pendidikan SMA terpaksa dititipkan kepada keluarga besarnya di Ambon. Kini, Sebina tinggal bersama dua anaknya yang sudah menginjak SMP dan satu anak lagi berusia 5 tahun yang kondisinya lumpuh.
Gazam tak habis pikir, di pusat Kota Sorong orang masih ada orang yang kelaparan tapi luput dari pantauan.
“Jam 12 hingga jam 1 siang saya datang kerumah Ibu Sebina yang dalam kondisi belum makan. Periksa rumah nggak ada makanan sama sekali,” ujar Gazam dalam keterangan resminya kepada Jakarta Review, 11/11/2018.
Tinggal di rumah dengan ukuran 3 x 5 meter persegi. Kondisi rumah Ibu Sebina-pun sangat tidak layak karena beratap bolong dan menggunakan terpal bekas spanduk. Untuk menyangga tempat tidur-pun digunakan kaleng cat.
“Singkatnya kondisinya sangat memperihatinkan. Saya takut kalau beliau meninggal karena kelaparan, tetangga sekitarpun nggak akan tahu,” tutur Gazam.
Gazam menjelaskan, sosok Joyopodo dan Sebina adalah 2 contoh warga Kota Sorong yang nasibnya kurang beruntung. Keduanya tinggal dalam kondisi serba keterbatasan dan seringkali terpaksa harus berjuang sendirian untuk mempertahankan hidupnya.
Selain keduanya, disekitar Kompleks Kokoda Kilometer 8 wilayah Kota Sorong atau 500 meter dari Sompleks Bandara Sorong, Gazam bersama tim-nya juga menemukan kondisi seorang Ibu penderita dibates berusia 50 tahunan yang kondisinya memperihatinkan.
Sang ibu dulu sempat berprofesi sebagai tukang pijat panggilan dengan pendapatan tak lebih dari Rp 20 ribu per hari.
“Pertanyaanya dengan pendapatan sebesar itu bisa digunakan untuk apa. Dengan kondisi sudah mulai sakit-sakitan kini beliau hanya menunggu belas kasihan orang. Persoalannya kondisi disekitar beliau tinggal juga kondisinya susah semua,” ungkap Gazam.
Menurutnya kondisi yang dialami oleh ketiga orang tersebut harus mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, terutama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memang bertugas mengurusi orang-orang terlantar.
“Saya meyakini selain ketiganya masih ada sosok lain yang bernasib serupa dengan keduanya. Karena itu Pemda harus cepat tanggap mengatasi persoalan ini, jangan malah membiarkan kondisi ini tanpa ada perhatian sama sekali. Kalau itu yang terjadi berarti jangan salahkan warga kalau menuduh Pemda kurang perhatian terhadap warganya yang kesulitan,” ungkap Gazam.
Selama ini lanjut Gazam kondisi tingkat kemiskinan di Kota Sorong secara kasat mata mudah ditemukan, namun seringkali luput dari perhatian publik dan pemerintah. Karena itu Gazam mengusulkan ada tempat khusus yang disediakan oleh Pemda untuk menampung kondisi warga yang kurang beruntung tersebut.
“Untuk menangani orang-orang seperti ini seharusnya ada lembaga yang melindungi. Permasalahannya di Kota Sorong selama ini belum ada Panti Jompo yang dimiliki Dinas Sosial. Lihat saja Pak Joyopodo harus meninggal dunia dalam kondisi yang tidak terurus,” cetusnya.
Tak ingin melihat banyak orang tua yang terlantar, Gazam berjanji saat terpilih, akan berjuang untuk mendirikan sebuah yayasan yang akan mengurusi persoalan-persoalan kemanusiaan seperti anak-anak dan lansia yang terlantar.
“Saya akan memperjuangkan berdirinya Yayasan Atap Senja Papua yang akan fokus mengurusi persoalan-persoalan kemanusian dan orang-orang yang terlantar. Saat ini masih disiapkan urusan administrasinya. Mohon doanya saja supaya semuanya dlancarkan,” ujar Gazam.
Melalui Yayasan tersebut lanjut Gazam pihaknya terpikir untuk menyiapkan berdirinya rumah singgah untuk menampung warga yang kurang beruntung. Namun demikian, ia juga akan mendesak Pemda untuk membuat panti sosial yang layak yang bisa digunakan untuk menampung mereka. (win)