EKONOMINASIONAL

Adhi Karya Bidik Target Konservatif Pada 2017

Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto saat memberikan penjelasan kepada beberapa awak media usai Public Expose perseroan 24/11/2016. (sisgit artpro)
Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto saat memberikan penjelasan kepada beberapa awak media usai Public Expose perseroan 24/11/2016. (sisgit artpro)

Jakarta Review – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membidik pencapaian yang lebih konservatif tahun depan. Ini melihat proyeksi pendapatan pada tahun ini yang diperkirakan masih di bawah target.

Direktur Utama ADHI Budi Harto mengatakan untuk tahun ini perusahaan merevisi target pendapatan, nilai kontrak dan laba perusahaan. Proyeksi target hingga akhir tahun ADHI hanya membukukan pendapatan hanya Rp 11,5 triliun dari target Rp 20 triliun, dan laba hanya Rp 301,9 miliar dari target Rp 750 miliar.

Serta target nilai kontrak yang hanya Rp 18 triliun dari Rp 25 triliun.

Turunnya laba karena di tahun ini diprediksi masih ada cut loss mencapai Rp 400 miliar dari beberapa proyek EPC power plant dan RFCC (residual fluid catalytic cracking, red) , kata Budi di Jakarta seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis (24/11).

Di awal tahun target tinggi memang melihat adanya tambahan dari proyek light rapid transit (LRT) yang sempat molor dari rencana, belum lagi juga ada kontrak-kontrak lainnya yang tertunda pelaksanaan lelangnya.

Budi menjelaskan awalnya perusahaan memproyeksikan sudah dapat membukukan nilai kontrak sebesar Rp 5 triliun tahun ini. Namun kemungkinan ADHI baru meraup nilai kontrak sebesar Rp 2 triliun untuk proyek LRT sampai akhir tahun.

Sekedar informasi, nilai kontrak pembangunan LRT tahap pertama mencapai Rp 22 triliun. Dan kemungkinan ADHI baru mendapatkan kontrak tersebut pada tahun depan.

Terkait hal tersebut Direktur Keuangan ADHI Harris Gunawan mengatakan untuk target tahun depan, ADHI menargetkan capaian yang konservatif. Untuk pendapatan perusahaan membidik pertumbuhan menjadi Rp 14,31 triliun dan dengan laba Rp 500 miliar.

Adapun nilai kontrak yang ingin dicapai oleh perusahaan mencapai Rp 21 triliun.

Perhitungan itu di luar kontrak LRT. Jika kontrak LRT sudah didapat, tahun depan kemungkinan kita mencatat adanya kontrak baru sebesar Rp 43 triliun, ujar Harris.

Namun untuk Bottom line kenapa hanya sekitar Rp 500 miliar?, Karena masih adanya kemungkinan cut loss dari proyek-proyek tahun ini sebesar Rp 200 miliar. Harris mengatakan ini adalah perhitungan konservatif, diharapkan pada tahun depan perusahaan dapat membukukan kinerja yang lebih baik. (win)

Related Articles

Back to top button