Untar Luluskan Doktor Pertama Ilmu Manajemen, Kepala LLDikti III Apresiasi Riset Salah Satu Lulusan

Jakarta Review, Jakarta – Untar meluluskan doktor pertama dari Program Studi Doktor Ilmu Manajemen (Prodi DIM) Program Pascasarjana Untar dalam Ujian Terbuka di Auditorium Kampus I Untar, Senin (10/6).
Isyak Meirobie menjadi lulusan pertama dengan disertasi berjudul “Model Determinan Kinerja Berkelanjutan Usaha Mikro.” Isyak pernah menjabat Wakil Bupati Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode 2018-2023.
Pada hari yang sama, Paula T. Anggarina juga dinyatakan lulus dan berhak meraih gelar doktor. Paula yang menjabat Kepala Kantor Humas Untar ini mempertahankan disertasinya yang berjudul “Manajemen Reputasi di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui Pemberdayaan Humas.”
Kedua doktor tersebut lulus melalui masa studi selama enam semester sejak Prodi DIM didirikan di akhir Agustus 2020. Angkatan pertama Prodi DIM Untar berjumlah sebelas orang dan mengikuti ujian terbuka secara bertahap selama bulan Juni 2024.
Rektor Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan yang memimpin sidang terbuka mengatakan hal ini merupakan kontribusi Untar dalam pengembangan kualitas SDM untuk kemajuan bangsa.
“Hasil riset dan novelti yang diperoleh, sangat membanggakan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu bidang manajemen yang dapat diimplementasikan secara praktis di dunia bisnis dan pendidikan tinggi,” ujar Agustinus.
Topik-topik yang diangkat lulusan kali ini beragam, antara lain, pemberdayaan UMKM, manajemen reputasi PTS, pengembangan bisnis keluarga, dan pengembangan kurikulum pendidikan militer.
Menurutnya, ini menjadi temuan yang sangat baik dan mengisi berbagai kekosongan teori serta memberikan pedoman praktis dalam implementasinya. Luaran penelitian juga telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal bereputasi dapat memberikan dampak yang luas bagi pengembangan ilmu.
“Kami berharap Prodi Doktor Ilmu Manajemen Untar yang telah terakreditasi Baik Sekali, dapat terus berkembang dan menghasilkan berbagai capaian yang bermanfaat bagi masyarakat dan meningkatkan reputasi Untar,” ungkap Rektor yang juga menjabat sebagai Direktur Prodi DIM.
Sementara, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III (LLDikti III) Prof. Dr. Toni Toharudin, M.Sc. yang hadir di acara mengatakan LLDikti III terus mengusahakan agar akreditasiperguruan tinggi swasta, (PTS) dapat meningkat.
Menurutnya, riset Paula sejalan dengan visi LLDikti III tersebut dan patut ditindaklanjuti sebagai acuan peningkatan kualitas PTS.
“Terima kasih Bu Paula, kami tunggu disertasinya agar dapat dibaca sehingga nanti bisa meningkatkan kualitas LLDikti III dalam melayani kualitas perguruan tinggi,” jelas Toni.
Dalam kesempatan yang sama diserahkan dua Prestasi Nusantara dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Penghargaan pertama diberikan kepada Dr. Isyak Meirobie, S.Sn., M.Si. sebagai lulusan pertama Prodi DIM Untar. Sedangkan yang kedua diberikan kepada Untar sebagai Universitas Penyelenggara Lulusan Pertama Prodi DIM Untar.
Isyak yang juga alumni Sarjana Desain Interior Untar tersebut mengakui Untar menciptakan suasana nyaman bagi mahasiswanya melalui komunikasi, administrasi, dan atensi dari pimpinan, dosen, maupun tenaga kependidikan.
“Kuliah di DIM Untar cukup menantang dalam pembelajaran dan metode penelitiannya, tetapi seluruh jajaran responsif dalam membimbing dan menanggapi mahasiswanya,” ucap Isyak.
Sementara itu Paula Tjatoerwidya Anggarina menjadi Doktor kedua lulusan program studi Doktor Ilmu Manajemen Pascasarjana Untar.
Dalam disertasinya, Doktor kedua dengan yudisium terpuji atau cumlaude tersebut mengungkap penting peran humas untuk membangun reputasi untuk memenangkan persaingan. Hal ini karena besarnya jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang mencapai 4.356, yang di dominasi oleh perguruan tinggi swasta (PTS) sebesar 4.007.
“Pada umumnya salah satu bagian dalam organisasi yang menangani pengelolaan informasi dan komunikasi adalah humas, sehingga permasalah yang timbul adalah bagaimana PTS meningkatkan reputasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya,” kata Paula.
Paula mengatakan reputasi identik dengan membangun citra, sebagaimana citra atau image adalah dampak yang muncul pada saat informasi disampaikan kepada masyarakat.
“Reputasi adalah kumpulan dari citra, sehingga reputasi tidak dibangun dalam waktu singkat namun bertahun-tahun. Reputasi bisa rusak sekejap jika terdapat hal hal negatif yang dapat merusak citra itu sendiri”, ungkapnya.
Dengan demikian, humas ditujukkan untuk memberdayakan reputasi tersebut. Humas merupakan fungsi manajemen dan fungsi pengelolaan informasi dan komunikasi, organisasi serta publiknya untuk mempertahankan dan meningkatkan reputasi.
Strategi yang humas harus terapkan untuk menghindari hal-hal negatif yakni dengan melakukan monitoring terhadap pemberitaan di media massa, monitoring melalui informasi media sosial yang sangat cepat untuk menyebar informasi.
“Oleh karenanya, humas perlu berada di leher nya pimpinan perguruan tinggi, untuk menjawab dan merespon dengan cepat jika terjadi masalah, sehingga tidak menjadi bias dan masalah bergulir yang akhirnya merugikan perguruan tinggi,” ujar Paula.