EKONOMINASIONAL

Meraih Berkah dari Manisnya Bisnis Madu

Sri Hidayat, pemilik CV Madu Apiari Mutiara
Sri Hidayat, pemilik CV Madu Apiari Mutiara

Berawal dari penjual madu di perusahaan milik orang lain, Sri Hidayat akhirnya berhasil menjadi pengusaha madu yang sukses. Kini, omzet usahanya mencapai Rp 300 juta per bulan

Dimana ada kemauan disitu ada jalan, tampaknya menjadi prinsip yang diyakini oleh Sri Hidayat. Dengan menggunakan prinsip itulah, mulai dari tahun 2000 hingga kini lelaki kelahiran Lebak ini, bergelut dengan seluk beluk usaha berbasis madu.

Sejatinya suami dari Saripah Aini ini tak langsung berurusan dengan budidaya madu. Tapi setelah lulus dari Diploma III Institut Pertanian Bogor (IPB), langsung melanjutkan kuliah S-1 di Universitas Siliwangi (Unsil). Dan ketika itu dirinya sempat memutuskan berkarier di bidang pertanian.

Setelah lulus dari Unsil , Hidayat sempat bekerja selama 2 tahun di PT Pupuk Suburin. Tapi setelah berkeluarga, ia terpaksa mengundurkan diri karena harus sering bertugas ke luar kota. Hidayatpun lalu mencari pekerjaan apa saja asal dekat dengan keluarga. “Nah waktu itu pilihan yang ada hanya menjadi salesman madu,”kata pria kelahiran 19 Oktober 1971 ini.

Singkat cerita Hidayat lalu mulai mengenal usaha madu dengan bekerja menjadi tenaga pemasaran di PT Madu Pramuka Cibubur. “Tak kurang 5 tahun saya bekerja di perusahaan madu yang lokasinya berada di are bumi perkemahan cibubur ini,” ujar lelaki yang sempat berangan-angan menjadi guru ini.

Kemudian karena merasa sudah memiliki bekal pengalaman karena sudah 5 tahun di perusahaan milik orang lian, Suami dari Saripah Aini ini mencoba peruntungan dengan membuka perusahaan sendiri. Istrinya sempat menentang lantaran gaji sebagai karyawan dan hasil penjualan madu sudah cukup membiayai hidup. Tapi, jiwa wiraswasta Hidayat kadung menyala. Namun karena tak cukup memiliki modal sendiri, dirinya lalu bermitra dengan rekannya. Kebetulan rekannya tersebut telah lebih dulu berbisnis madu. Singkatnya berdirilah perusahaan madu CV Madu Tugu Ibu. Perusahaan hasil patungan ini memproduksi madu dalam kemasan.”Di perusahaan ini saya menyuntikkan modal Rp 30 juta, sementara rekan saya Rp 70 juta,” ujarnya.

Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolah, tanpa disangka-sangka setelah bisnis di perusahaan ini berkembang, tiba-tiba Hidayat dipecat secara sepihak oleh rekan bisnisnya. “Saya sama sekali nggak nyangka, karena selama bekerja sama, hubungan kami baik-baik saja. Apalagi perusahaan ini sudah berkembang dan memiliki aset senilai Rp 1,3 miliar,” ungkapnya mengeluhkan kelakuan rekannya.

Kejadian tersebut tentu saja sempat membuat Hidayat kecewa. Namun, Hidayat menolak menyerah dan larut dalam keadaan tersebut. Lantaran hubungan yang baik dengan rekan-rekannya saat menjadi pemasar madu, ia kembali mendapatkan kepercayaan dari seorang teman. Hidayat lalu dipinjami modal usaha sebesar Rp 200 juta. Kemudian karena sudah belajar dari keadaan, alih-alih bermitra dengan rekan bisnisnya, kali ini Hidayat memilih menjalankan usahanya sendiri.

Ternyata pilihannya benar, melalui sentuhannya, perusahaan yang mengusung merek madu mutiara ibu ini sukses menembus pasar. yang lebih membanggakan lagi, perusahaan yang baru didirikan tahun 2010 silam ini kini berhasil membuat beragam produk turunan madu seperti sampo, sabun cair, sabun cream, kapsul, tetes mata, propolis, royal jelly, dan sebagainya. Kini penjualan Madu Apiari Mutiara mencapai 3 ton madu sebulan.

Awalnya saya hanya mengembangkan madu biasa dengan berbagai varian dan ukuran. Kemudian produknya berkembang. Berkat ketekunannya setiap bulan CV Madu Apiari Mutiara kini bisa memproduksi 5000 botol madu dalam berbagai ukuran. Omzet usaha penjualan pun bisa mencapai Rp 300 juta per bulannya. 20 persennya berasal dari sabun madu. “Alhamdulillah walaupun berkantor di rumahnya sendiri di bilangan Cimanggis, saya bisa mempekerjakan 20 orang karyawan,” jelas ayah dari 4 anak ini.

Saat ini, madu Mutiara Tugu Ibu sudah memiliki 4 gerai, yakni dua gerai di Depok, Cibubur, dan di Darmaga, Bogor. Khusus untuk Jakarta, Madu Mutiara Tugu Ibu belum memiliki agen resmi. Namun, tak berarti produk madunya tak ada di ibukota. Madu tersebut disalurkan melalui 250 agen yang terdiri dari toko buah dan apotek maupun pedagang barang harian yang tersebar di Jakarta.

Dengan jumlah karyawan 20 orang, kini total aset perusahaan pun berkembang mencapai Rp 3 miliar. Karena kontribusi pendapatan dari segmen sabun madu semakin signifikan, Kedepan Hidayat ingin produksi sabun dipisah dari produksi lainnya. Saat ini semuanya sudah dirancang. Doakan saja agar semuanya lancar.

Hidayat tak main-main dalam mengembangkan bisnisnya. Buktinya madu produksinya kini sudah merupakan madu yang diproduksi oleh usaha binaan lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB). Keaslian atau kualitas madu ini layak dipercaya. Apalagi, madu ini sudah mengantongi Standar Nasional Indonesia (SNI) dari Balai Besar Industri Agro.

Kini sebagai buah ketekunannya tersebut, saat ini produksinya sempat dipromosikan Kepartemen Perdagangan (Kemendag) di Pameran Pangan Nusa, Balai Kartini, Jakarta. Terakhir oleh Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI), madu produksinya diikutkan dalam Trade Expo lalu di Kemayoran “Secara kualitas bisa lihat langsung ke tempat kami berproduksi. Madu juga bisa dites langsung ke laboratorium,” tutur Hidayat sekaligus berpromosi. (win)

Back to top button