Jakarta Review – Indonesia memiliki kekayaan dengan keanekaragaman corak budaya, salah satunya adalah batik. Banyak daerah penghasil batik yang mempunyai keunikan corak sesuai dengan adat istiadat dan budaya dari masing-masing daerah tersebut. Tak ingin ketinggalan dari daerah lain yang terlebih dahulu memiliki budaya batik seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Jambi, maupun Riau, kini daerah-daerah lain pun mulai bebenah.
Salah satunya adalah Bekasi yang berada di pinggiran Kota Jakarta dengan kondisi geografi dan demografi yang berbeda. Di beberapa tempat di Bekasi dapat ditemukan bahasa Betawi Bekasi yang bercampur dengan bahasa Sunda. Memang, bahasa asli Bekasi lebih dekat dengan bahasa Betawi orang asli Jakarta, meskipun Bekasi masuk wilayah Provinsi Jawa Barat yang kental dengan budaya Sunda.
Begitupun dengan budaya Bekasi, kekentalan budaya Betawi dan pengaruh budaya Sunda, membuat budaya Bekasi khas dan unik. Hal ini dapat dilihat melalui salah satu corak budaya batik seperti dilakukan seorang pembatik khas Bekasi yang bernama Ernawati. Ia melukiskan budaya tersebut dalam karya batiknya yang terkenal dengan nama Seraci Batik.
Seraci Batik memproduksi Batik Betawi dengan ciri khas budaya Betawi Jakarta dan Betawi Bekasi pengaruh budaya Sunda. Ciri khas batik Bekasi sebenarnya bermotif menggambarkan mangon (gotong royong), nandur (menanam) padi, nyabut atau potong padi dan rawa-rawa. Sedangkan, ciri khas budaya Betawi yang terdapat di Seraci Batik yaitu motif ondel-ondel, topeng, Si Pitung Ngelancong, Monas, penari dan pengantin Betawi, tandas Ernawati.
Beralamat di Kebon Kelapa Marunda RT 002, RW 005, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sebagai brand lokal yang namanya mencuat di dunia batik tulis tapi sering dipromosikan sebagai Batik Betawi dari Jakarta. Seraci Batik dapat dikatakan menjadi penengah antara budaya batik Betawi dan Sunda.
Seraci Batik memang lebih banyak menyuguhkan tema adat istiadat masyarakat Betawi di masa lalu yang dituangkan ke dalam motif Batiknya. Ragam hias motif Seraci Batik Betawi ini di antaranya adalah ngangon kerbau, lumbung padi, demenan, rumah betawi, pitung & kompeni, demprak, tanjidor, kembang kelapa, selendang mayang, kerak telor hingga roti buaya.
Menurut perempuan kelahiran Bekasi, 9 April 1989 itu, motif batik yang paling banyak terjual dan dipesan adalah motif Ondel-Ondel, Monas, Si Pitung, Penari dan Pengantin Betawi. Mungkin karena pertama kali saya buatnya motif ondel-ondel jadi motif itu yang paling laku dan laris manis he..he.. Selain itu ada motif si pitung, monas, dan pengantin betawi yang banyak dipesan orang, baik itu untuk dipakai sendiri atau untuk souvenir sebagai hadiah kepada rekan atau kerabatnya, katanya.
Pabrik rumahan yang berada di wilayah perbatasan Jakarta Utara dan Bekasi Utara tersebut mampu menghasilkan beragam karya, lebih kurang 50 motif batik yang sudah diciptakan sejak tahun 2010. Sudah sekitar 50 motif batik yang saya buat sejak 2010. Dan sekarang omzet saya berkisar Rp. 40 juta sampai Rp. 50 Juta dalam satu bulan. Saya dibantu 15 orang karyawan yang terdiri dari delapan perempuan dan tujuh laki-laki. Dalam satu hari dapat memproduksi sekitar 20 baju dengan ukuran 2 sampai 2,5 x 1,15 meter, ujar wanita lulusan sekolah fashion Susan Budihardjo itu.
Memasuki galeri, terlihat berbagai motif batik yang menempel di dinding dan ada juga beberapa kain batik yang digelar memanjang dengan motif ondel-ondel dan ngangon kerbau. Di sudut kanan ruangan berukuran 2,5 x 3 meter itu terdapat lemari kaca dengan tumpukan kain batik tulis, batik cap serta kombinasi tulis dan cap yang tersusun rapi.
Sambil duduk, Ernawati menunjukkan satu persatu kainnya untuk memperlihatkan motif dengan warna-warna cerah yang memiliki kekhasan corak tersendiri. Ini batik tulis berbahan primisima dengan motif Si Pitung yang saya jual seharga Rp. 600.000. Untuk membuat motif satu kain ukuran 200 x 115 centimeter seperti ini dikerjakan dalam waktu tiga minggu. Desainer grafis menerjemahkan konsep kami ke dalam bentuk gambar untuk dibuat pola, akunya.
Corak juga diabadikan ke dalam bentuk cap besi. Puluhan cap batik Betawi terpajang di dinding bengkel kerja. Proses pembuatan batiknya tak berbeda dengan batik lain. Corak dijiplak ke atas kain. Pembatik kemudian menembok atau memagari gambar dengan lelehan lilin batik yang dialirkan melalui canting. Lelehan lilin batik tersebut nantinya akan menghalangi zat pewarna masuk ke kain. Ada pula motif yang dibuat dengan cap walaupun pengisian detail biasanya dibantu canting.
Setelah itu, kain dicelupkan ke pewarna. Saat kain berwarna itu dicuci dengan air panas, lelehan lilin batik tadi akan luruh dan menyisakan corak. Jika menginginkan batik lebih dari dua warna, sebagian corak akan dilapisi lelehan lilin batik lagi dan diberi warna yang berbeda.
Ernawati memulai bisnis Seraci Batik Betawi sekitar empat tahun lalu. Ketertarikan terhadap batik berawal saat ia menempuh pendidikan SMA di Pembalang, Semarang. Kala itu ia tinggal di rumah tantenya yang biasa dipanggil Ibu Umi, salah satu pengusaha batik di kota lumpia itu. Dari tantenya itulah perempuan berkulit putih ini belajar membatik.
Awal mulanya saya gak ngerti soal batik. Setelah tamat dari SMP 1 Tarumajaya, Bekasi, saya hijrah ke Semarang, untuk melanjutkan sekolah dan tinggal di rumah tante yang mempunyai usaha batik. Nah, biasanya setelah pulang sekolah saya rutin belajar membatik. Setelah enam tahun mempelajari cara membuat batik, akhirnya saya mencoba mengikuti salah satu lomba membatik pada tahun 2007 di Semarang, dan kebetulan saat itu saya menjadi juara satu mencanting, kenang perempuan jebolan SMA Muhammadiyah 1, Semarang ini.
Berbekal prestasi sebagai juara satu mencanting di Semarang itulah yang membulatkan tekadnya untuk membuka usaha batik. Ia melihat keberadaan batik betawi yang selama ini tak jelas rimbanya sebagai peluang berkreasi sekaligus berbisnis. Semangat yang diusungnya adalah mengangkat kembali khasanah budaya Betawi lewat batik. Kemunculan batik betawi bisa dimaknai sebagai salah satu upaya orang Betawi mengeksiskan budayanya kembali.
Tampaknya Ernawati tak main-main dengan cita-citanya itu. Ia punya cara sendiri untuk menyosialisasikan ide batik betawi ini. Kaum ibu-ibu dan remaja di kampung diajaknya untuk ikut pelatihan membuat batik. Ia sendiri yang mengawali pelatihan itu, dibantu oleh beberapa orang kerabat dekatnya. Ernawati pun menggelontorkan dana sebesar Rp 50 juta sebagai modal awal. Kegigihan atas tekadnya lambat laun membuahkan hasil. kalau dihitung-hitung sih modal sudah kembali, tetapi uangnya diputer terus he..he.., kata sambil tersenyum.
Konsumen yang membeli produk Seraci Batik bisa dikatakan datang dari berbagai golongan. Mulai dari pejabat, lembaga atau instansi pemerintah, hotel, sampai sekolah-sekolah. Harapannya batik betawi lebih dihargai lagi trus lebih sering dipakai oleh jakarta sendiri dan kegiatannya lebih sering lagi sama seperti batik-batik jawa, biar lebih tahu kalau batik betawi juga ada bukan cuma batik pekalongan dan jogja aja dan bisa sampe go international dan untuk sekolah-sekolah mulailah ada seragam nya pakaian batik juga untuk perkantoran-perkantoran untuk diwajibkan pakai batik betawi. Pemda Bekasi pesan 400 potong batik untuk seragam dinas tahun lalu. Instansi di Jakarta Utara, Pusat, dan Selatan juga pernah pesan, ujarnya.
Untuk pemasaran produk Seraci Batik dilakukan mulai dari penjualan on line, membuka outlet di Thamrin City, Gandaria, dan Mal Cibubur, serta mengikuti berbagai pameran. Saat ini sebagian besar kain batik yang diproduksi adalah untuk pesanan, jadi untuk stok hanya sedikit. Karena banyak pembeli dari luar Jakarta maupun dari luar Pulau Jawa yang memesan berbagai motif khas Betawi. Mereka mencari sesuatu yang khas dari Jakarta, di samping itu juga motif bercocok tanam atau pertanian dan corak kehidupan masyarakat banyak diminati”, pungkas Ernawati. (gus)