Qori Soelaiman: Menolong Kucing Demi Menyelamatkan Manusia
Jakarta Review – Kucing lokal adalah pemandangan yang kita lihat setiap hari sehingga sering kita tak peduli pada mereka. Jika mau mengamati dengan lebih saksama, kita akan menemukan fakta bahwa kucing-kucing itu berjuang mencari sejumput makan. Tempat mereka berjuang, umumnya adalah di tempat sampah.
Di sana, mereka mengais sisa-sisa makanan karena itulah satu-satunya cara yang mereka tahu. Pun hanya memakan sisa, tak jarang mereka diusir dan dianiaya. Masih banyak manusia yang lebih mementingkan tempat sampahnya tertata rapi ketimbang mencari solusi manusiawi dengan tidak mengorbankan nyawa makhluk hidup lainnya. Akibatnya, banyak hewan-hewan jalanan menjadi malnutrisi dan terluka parah.
Salah satunya adalah Akiko, anak kucing jalanan yang ditemukan di daerah Kalimalang oleh tim Yayasan Peduli Kucing. Akiko ditemukan dalam keadaan prolapsus (usus besar keluar dari anus) dan kencing nanah. Penyebabnya, makan sembarangan apa saja yang bisa ditemukannya di tempat sampah, termasuk makanan yang sebenarnya tidak bisa dicerna oleh seekor kucing.
Akiko telah ditolong dan dibawa berobat oleh manusia-manusia yang baik. Tidak semua hewan jalanan seberuntung Akiko karena tidak semua manusia peduli.
Wanita Penyayang di Balik Peduli Kucing
Qori Soelaiman adalah salah satu orang yang ada di balik pendirian Yayasan Peduli Kucing. Kecintaan Qori terhadap hewan, sudah ada sejak dia kecil. Hanya saja, karena tidak direstui orang tua, Qori tidak bisa memelihara hewan secara permanen, kecuali ikan karena tidak berkeliaran di rumah.
Barulah setelah menikah dan punya rumah sendiri di tahun 2006, Qori menemukan seekor induk kucing tua dan anaknya. Kedua kucing ini dipeliharanya. Sampai suatu hari, induk kucing itu hilang dan anaknya ditemukan dalam kondisi kaki terluka.
“Saat itu saya berpikir, ternyata minim sekali pengetahuan saya tentang kucing. Ditambah lagi, setiap hari dalam perjalanan pergi dan pulang kerja, saya banyak menemukan hewan-hewan dalam kondisi menyedihkan di jalan. Saya ingin berbuat lebih banyak,” kisah Qori.
Tahun 2007-2009, Qori mulai aktif ikut kegiatan yang berhubungan dengan hewan, terutama kucing. Mulai dari menjadi relawan baksos steril kucing, menyelamatkan kucing-kucing terlantar yang sakit, menjalin hubungan dengan berbagai dokter hewan, hingga menjalin koneksi dengan perusahaan makanan hewan agar bisa mendanai kegiatannya dari program sosial perusahaan-perusahaan tersebut.
Tahun 2010, tanggal 13 Januari, dibantu para sahabat dan beberapa dokter hewan Qori mendirikan Organisasi Peduli Kucing yang resmi berbadan hukum.
“Kami serius ingin melakukan perubahan dan bahwa harus ada GENERASI RAMAH SATWA. Mahatma Gandhi pernah mengatakan, kebesaran dan perkembangan moral suatu bangsa dilihat dari bagaimana cara kita memperlakukan makhluk atau orang di bawah kita,” kata Qori.
Qori juga bercerita, banyak hewan domestik dibuang pemilik karena sakit atau beranak terus. Padahal, ada cara agar hewan terhindar dari penyakit mematikan dan tidak beranak terus yaitu dengan vaksinasi dan sterilisasi oleh dokter hewan.
Karena itu, Peduli Kucing aktif mengadakan baksos sterilisasi dan baksos vaksinasi, membiayai pengobatan kucing-kucing terlantar yang sakit, mengadakan acara edukasi berupa seminar, talk show, cat show, menyebarkan virus peduli hewan sejak dini ke sekolah-sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang dibesut Qori dan kawan-kawannya ini, kebetulan sejalan dengan program Ramah Satwa dan pengendalian populasi hewan domestik liar milik Pemprov DKI Jakarta.
Menjadi Kartini Next Generation
Kegiatan Qori di Peduli Kucing, membuatnya terpilih menjadi salah satu finalis Kartini Next Generation Award 2015 Woman as a Driver of Progress yang diselenggarakan 22 April 2015 oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika, Kementrian Pemuda dan Olahraga serta Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak.
Boleh dibilang, Qori adalah perempuan pertama sebagai finalis Kartini Next Generation, yang aktif di bidang satwa terutama satwa domestik.
Jika kita percaya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu ada maksudnya, begitupun dengan keberadaan hewan-hewan domestik ini. Mereka adalah pemangsa alami ular dan tikus. Di suatu perumahan di Jakarta, pernah terjadi pembantaian seluruh kucing dan anjing jalanan. Tak berapa lama, pihak pengurus perumahan meminta tolong para pecinta hewan untuk membantu karena tikus dan ular menjadi banyak, masuk ke rumah-rumah.
Kejadian yang mirip juga pernah terjadi di suatu daerah di Bekasi, tempat Qori pernah tinggal,
Waktu saya pindah, dengan membawa seluruh pasukan kucing, ada tiga orang warga mengirim pesan. Kata mereka tikus jadi banyak, besar-besar, sampai menjebol pipa wastafel. Seumur-umur, baru kali itu mereka beli lem tikus. Satu dua kali tikus terjebak, selanjutnya tidak lagi. Manusia harus selalu cari baru mengusir tikus dan tidak selalu berhasil. Belum lagi risiko penyakit lestopirosis meningkat. Berbeda jika ada kucing, secara alami tikus akan menyingkir. Di daerah tambun Bekasi juga pernah kejadian, tanah area suatu perumahan bolong-bolong, kecuali di dekat wilayah seorang teman yang memelihara beberapa ekor kucing semi indoor. Itulah kalau kita egois tidak mau memelihara ekosistem, nantinya rugi sendiri, jelas Qori.
Qori yakin, kota dan generasi ramah satwa pada akhirnya akan bermanfaat bagi manusia itu sendiri.
Kegiatan dan laporan keuangan Peduli Kucing bisa diakses via Facebook fanpage Peduli Kucing, Instagram: Peduli Kucing atau www.pedulikucing.org. (ika)