SOSOK

Elsye Tanihaha: Sehabis Diaspora Terbitlah Kemerataan

foto : Makmun Hidayat
foto : Makmun Hidayat

Jakarta Review – Berpuluh tahun tinggal di luar negeri, lantas kembali, dan moncer dengan proyek properti di daerah bersama Blacksteel Group. Ia lantas mengintip celah bidang infrastruktur lainnya demi kemajuan sekaligus kemerataan bagi daerah yang dianggap termajinalkan.

Tak bisa dipungkiri, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan perumbuhan ekonomi yang sedang menggeliat. Namun, nyatanya masih banyak wilayah di Indonesia yang membutuhkan banyak sarana infrastruktur pendukung, misalnya jalan raya, pelabuhan, lapangan terbang, pembangkit listrik, hotel dan bahkan pusat perbelanjaan. Hal inilah yang mendorong Elsye Tanihaha dalam berkontribusi membangun daerah-daerah kecil lewat pembangunan infrastruktur.

Elsye–demikian ia biasa disapa–yang selama tiga tahun terakhir berfokus pembangunan berbagai proyek properti, khususnya kota kecil seperti di Indonesia Timur melalui perusahaan keluarga The BlackSteel Group. Sedikit cerita soal The BlackSteel Group, awalnya merupakan perusahaan pengembang bernama PT Bliss Property Indonesia (Bliss Group) yang didirikan oleh putra Maluku, Isaac Bliss Tanihaha pada 2002. Sebelumnya, perusahaan ini selama puluhan tahun turut andil dalam pembangunan di wilayah California, Amerika Serikat.

Kiprah Isaac Bliss Tanihaha dan sang ayah Martin Tanihaha yang pada era awal 80-an telah membangun Surabaya Delta Plaza sebagai shopping mall pertama di Ibu Kota Jawa Timur. Kemudian, lewat motto “built to withstand”, sejak 2010 Bliss Group mulai fokus untuk mengembangkan wilayah Maluku dengan langkah awal berupa pembangunan pusat perbelanjaan terlengkap dan terbesar yaitu Ambon City Center. Alhasil, pembangunan ini merambah menjadi Central Business District terpadu di kota Ambon yang meliputi pembangunan hotel, perumahan, sekolah, rumah sakit, sarana olahraga, convention center dan ruko-ruko. Imbasnya, Ambon pun mulai menata diri menjadi salah satu kota terkemuka di Indonesia Timur sehabis luluh lantak pasca kerusahan tahun 1999.

Barulah perkawinan Bliss Group dengan Grup Lippo yang selanjutnya mengantarkan perusahaan gabungan dengan nama The BlackSteel Group pada September 2013. Pembangunan sarana pembangunan seperti mal, hotel, hingga perumahan pun dibangun pada beberapa daerah seperti Sorong, Papua Barat. Ada pembangunan mal, hotel, dan juga rumah sakit bertajuk The Plaza Sorong. Juga dibangun Sorong City Center (SCC).
Bahkan, tak cuma di wilayah Indonesia Timur, ekspansi bisnis properti juga membuncah pada beberapa daerah seperti Sumatera dan Jawa. Ada pembangunan Jambi City Center, Tanjungpinang City Center, Tanjungpinang City Center. Pun berencana membuat Semarang City Center dan Semarang Expo Center.

Kembali kepada Elsye. Ia didapuk menjadi Marketing PR & Business Development Director The BlackSteel Group sejak 2012. Padahal, sejatinya Elsye sama sekali tak punya latar belakang properti. Puluhan tahun, tepatnya 22 tahun menghabiskan masa hidup di Negeri Paman Sam dan Taiwan, perempuan lulusan sarjana Akunting dari Chapman University in California dan bergelar Master Enterpreneurial dari Stanford Graduate School of Business, Amerika Serikat ini memilih pulang kampung ke tanah air dalam membangun The BlackSteel Group guna membantu sang adik Isaac Bliss Tanihaha.

“Meski tak langsung menerima, saya tak kuasa menolak rayuan sang adik untuk membantu perusahaannya yang banyak bergerak di Indonesia Timur,” kata perempuan yang sempat menjadi chief executive officer (CEO) Aesthetic Center, Taiwan, pada 1998-2012 ini kepada Jakarta Review. “Tugas saya melobi para kepala daerah agar mau bekerjasama dengan BlackSteel Group mengembangkan infrastruktur di kawasan yang dipimpinnya,” tambahnya.

Tatkala awal membangun Ambon, Else melihat wilayah ini terlanjur dikenal sebagai salah satu provinsi yang kurang diminati oleh investor. Tapi setelah Ambon City Center selesai, maka pembangunan daerah tersebut menggeliat. Misalnya, tiga tahun berdiri, saat ini revenue hypermart sebagai anchor tenant wilayah itu melambung pada urutan ketiga tertinggi di seluruh Indonesia. Yang lebih gila lagi, pada saat pertama kali buka, semua barang di Hypermat ludes dibeli pengunjung. “Ini membuktikan nggak ada masalah dengan daya beli masyarakat disana, tapi bisa juga karena disana sudah lama nggak ada suplai,” paparnya.

Hal senada juga terjadi pada proyek di Sorong Papua Barat. “Setelah kami berhasil membangun The Plaza at Sorong, sekarang banyak orang yang mau datang kesana. Apalagi disana ada Raja Ampatm,” tuturnya. “Bayangkan karena sudah lama nggak ada suplai, Di Sorong rumah BTN tipe 36 bisa laku dijual 350 juta,” tunjuknya.
Nah, berdasarkan pengalaman roadshow ke berbagai wilayah sekaligus bertemu dengan banyak pejabat serta kepala daerah, Elsye pun merenung. Dirinya menyaksikan ternyata banyak pejabat daerah yang terbuka terhadap investasi.

“Ego sektoral sudah berkurang. Kelihatannya saat ini mereka berprinsip, untuk kemajuan daerahnya mereka terbuka kepada siapa saja. Atau mungkin juga mereka melihat keseriusan saya,” ungkapnya.

Menyimak hal tersebut, Elsye pun kini mengembangkan sebuah perusahaan bernama PT Sarana Pundi Utama. Perusahaan ini mengintip celah bisnis infrastruktur yang belum tersentuh The BlackSteel Group. Ia menyimak, masih banyaknya daerah yang kurang perumahan, kawasan bisnis dan infrastruktur lain seperti bandara, pelabuhan dan seterusnya. “Nah ruang inilah yang akan diisi oleh PT Sarana Pundi Utama. Visinya menghubungkan Indonesia ke dunia luar,” aku salah satu penerima penghargaan The Best 10 Woman di Kabupaten Taoyuan, Taiwan.

Tugas Elsye kembali mencari invenstor yang kepincut menanamkan modalnya ke beberapa daerah di Indonesia yang belum berkembang. Meski begitu ia tetap berkarya di The BlackSteel Group. “Jangan lupa saya tetap membantu adik di The BlackSteel Group, hanya saja saya cuma nggak ingin peluang tersebut lepas begitu saja hanya karena keterbatasan protofolio,” urainya.

Tak tanggung-tanggung di perusahaannya yang baru ini, Elsye mengandeng Sandiaga Uno sebagai mitranya. Sebab, potensi infrastuktur daerah di Indonesia sangat besar. “Selama ini Indonesia selalu direndahkan oleh kita sendiri, padahal Indonesia potensinya sangat tak terbatas, hanya saja banyak orang yang nggak mau fokus dan malas putar otak untuk mencari terobosan membangun Indonesia,” cetusnya.

Antara Golf dan Traveling

Kepatuhannya membantu orangtua sejak usia belasan tahun membawa Elsye Tanihaha jatuh hati dalam pada bisnis properti. Siapa sangka, pertama kali bersentuhan dengan bisnis properti, perannya sebatas mewawancarai calon karyawan yang ingin bergabung di perusahaan milik orangtuanya di Surabaya, Jawa Timur.

Kini, perempuan yang gemar berolahraga golf ini berperan strategis dalam mengembangkan bisnis kelompok usaha yang dibangun bersama adik dan kerabatnya, Blackstell Group. Kemudian turut membangun PT Sarana Pundi Utama sebagai salah satu pionir pembangunan infrastrutur dari kalangan swasta.

Bisa dibayangkan dengan tugas setumpuk, hari-harinya dipenuhi kesibukan ekstra padat. Tapi, Elsye masih memanfaatkan waktu luang dalam menyalurkan hobi. Setidaknya satu kali dalam dua minggu, perempuan yang baru setahun ini lancar berbahasa Indonesia ini mengaku selalu menyempatkan diri untuk bermain golf. Baginya, olah raha ini menjadi salah satu bagian hidupnya yang tak terpisahkan. “Saya menyukai olahraga golf sejak tahun 1999. Pertama kali main di Boston, Amerika Serikat,” jelasnya.

Di Jakarta dan sekitarnya, dia memiliki dua lokasi favorit bermain golf, yakni di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta dan Bogor Raya, Bogor. “Golf memberi saya ketenangan. Dengan golf, saya belajar menyeimbangkan keterampilan dan ketenangan dalam mengambil keputusan,” cetus perempuan yang pernah dua kali mendapat hole in one saat ikut turnamen golf di Taiwan, pada 2008 dan 2009.

Namun, perempuan yang mengaku mendapat tantangan setiap bermain golf ini mengaku belum menemukan kelompok perempuan penyuka golf. Dia mengaku, setiap bermain golf selalu bertemu mitra dari kalangan kaum pria. “Sangat jarang perempuan yang menyukai golf di sini,” katanya.

Selain golf, lanjutnya, Elsye juga gemar traveling. Di setiap negara yang dikunjungi, Elsye selalu menyempatkan untuk menikmati keindahan alam plus lapangan golf setempat. Dirinya mengaku pernah terbang khusus ke salah satu negara Eropa hanya untuk menuangkan kecintaannya pada olahraga golf. “Selain golf dan traveling, saya juga menyukai minuman anggur. Saat singgah ke suatu negara, rasanya tak lengkap jika tak mencicipi anggur yang mereka miliki,” papar perempuan yang mengaku sudah menjelajah separuh dari negara-negara yang ada di dunia. (Windarto dan Ranap)

Back to top button