Elza Syarief: Tak Sekadar Pengacara
Jakarta Review – Elza Syarief merupakan salah satu pengacara kondang Indonesia. Penampilannya tenang, sopan, berbicara teratur, dan tidak meledak-ledak. Perempuan kelahiran Jakarta 24 Juli 1957 itu juga identik dengan kaca mata beningnya.
Kini, siapa yang tak kenal Elza? Wajahnya familiar, namanya tak asing di telinga. Elza mulai beken saat dipercaya menangani kasus putera bungsu mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putera (Tommy), beberapa tahun silam. Elza kerap menghiasi pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik. Elza kemudian membumi.
Sebenarnya Hutomo Mandala Putera didampingi sejumlah pengacara selain Elza. Ada Bob R.E. Nasution, B.E.D Siregar, Erman Umar, dan L.M.M Samosir. Namun satu persatu mengundurkan diri. Praktis tinggal dua, yakni Elza dan Nudirman.
Elza menampik, namun tak menyalahkan opini tersebut. Pandangan orang memang berbeda-beda, katanya.
Setelah Tommy, nama Elza kian berkibar kala membela Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyusul kasus suap pembangunan wisma atlet (Hambalang).
Kesuksesan Elza merembet ke kalangan para selebriti. Jebolan Fakultas Hukum Universitas Jayabaya itu pernah menjadi pengacara Kristina dalam kasus perceraian dengan Al Amin, pengacara MD Entertainment yang berkasus dengan Cinta Laura, pengacara Maia Estianty dalam upaya perceraian dengan Ahmad Dhani, kuasa hukum Tamara Bleszynski, Cut Memey (kasus gugatan perdata Bambang Uesnadi), aktor Gary Iskak, sampai pembela Ratu Felisha dalam kasus pemukulan Andhika.
Menurut Elza, menjadi pengacara itu tidak gampang. Misalnya, ada klien yang menuntut target terlalu tinggi agar bisa memenangkan kasus. Itu tentu saja permintaan yang sangat berat, ketus Eza.
Dalam menjalankan tugas, Elza bekerja sungguh-sungguh. Dia tidak ingin mengecewakan klien, kendati tantangan di lapangan begitu berat. Maklum, di Indonesia, hukum belum sepenuhnya menjadi panglima. Belum lagi prosesnya yang panjang, menguras waktu, tenaga, dan pikiran.
Elza tak melulu soal hukum. Dia juga aktif dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), menjabat dewan pakar. Pada 2008 dia berkenalan dengan Rina Fahmi Idris. Elza mengamini ketika diajak bergabung ke IWAPI.
Melihat kondisi IWAPI, Elza begitu prihatin. Bagaimana tidak, IWAPI ternyata berjalan tanpa legalitas karena tidak terdaftar sebagai salah satu organisasi di Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum dan HAM.
Tak ingin setengah-setengah, Elza mengusung misi besar. Dia ingin mengubah paradigma yang kadung menempel kuat di tubuh IWAPI: Sekadar hajatan arisan ibu-ibu pengusaha.
Karier Elza di IWAPI melesat. Secara aklamasi, dia didapuk menjadi Ketu Umum IWAPI periode 2013-2018. IWAPI ini organisasi yang sudah tua. Sudah 40 tahun usianya. Tapi ya itu tadi. Selama ini IWAPI identik dengan arisan, bazaar, dan acara lainnya. Ketika saya jadi ketua umum, hal yang pertama saya ubah adalah anggaran dasar rumah tangganya. Ini penting, karena misinya memang menjadikan wanita pengusaha Indonesia yang terbaik di nasional maupun di dunia, kata Elza.
Di bawah komando Elza, IWAPI harus menjadi salah satu tonggak perekonomian bagi keluarga, daerah, bahkan Indonesia. Maka dari itulah, Elza menyuntikkan semangat agar para anggota IWAPI menjadi enterpreneur andal. Saya lalu mendaftarkan lambang-lambang IWAPI ke HAKI. Jadi, secara hukum, kami sudah jelas, kata Elza.
Gebrakan Elza di IWAPI sampai ketelinga banyak pihak, termasuk Duta Besar Mesir. Sang Duta Besar kemudian mengundang Elza dalam sebuah acara. Elza sumringah merespon undangan mengejutkan itu. Dari pertemuan tadi, kerjasama berlanjut. Karena Elza berlatar belakang orang hukum, soal impor atau ekspor, Mesir lebih merasa nyaman menggandeng organisasi yang dipimpin Elza. Kalau yang ngurus nggak ngerti hukum, bisa ngawur urusannya. Salah satu belah pihak pasti akan merasa dirugikan, ucap Elza.
Bak efek domino, Elza akan diundang ke Milan, Italia, September mendatang. Di Kota Mode itu, IWAPI akan menggelar fashion show produk-produk Indonesia. Tak ingin melewatkan momen krusial ini, IWAPI bakal tampil semaksimal mungkin. Nama bangsa ikut dipertaruhkan. Saya kontrol sendiri, tandas Elza sembari menambahkan bahwa hajatan serupa juga akan digelar di sejumlah negara seperti Jepang dan Belanda.
Rentetan tawaran tak lepas dari sosok Elza. Kini, mereka sudah percaya sama IWAPI. Kalau dulu kan kesannya IWAPI itu lebih cenderung hura-hura dan ngegosip. Karena mereka tahu saya ngerti hukum, mereka baru mau kerja sama. Di luar negeri, mereka sangat concern soal hukum, pungkas Elza. (gus)