SOSOK

Eni Sumarni: Pelestari Budaya Sunda

Anggota DPD RI Mewakili Jawa Barat
Anggota DPD RI Mewakili Jawa Barat

Jakarta Review – Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. adalah sosok perempuan cerdas, tangguh, teguh dalam pendirian dan visioner merupakan salah satu dari empat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mewakili Provinsi Jawa Barat yang terpilih pada Pemilu Legislatif 2014, dengan perolehan suara sebanyak 2.042.130.

Dengan jumlah 2.042.130 suara, saya mendapat suara terbesar kedua di Jawa Barat. Kalau khusus perempuan, perolehan suara saya terbesar di Indonesia. Sekarang duduk komite I DPD RI yang membidangi otonomi daerah, dana perimbangan pusat dan daerah, hukum dan ham, kependudukan, dan informatika, ujar Wakil Ketua Kehormatan IWAPI sejak Oktober 2014.

Mengawali karir sebagai dosen teknik elektro di Universitas Adibuana, Surabaya dari tahun 1986-1997, Ibu dari Fenny Fusfyta Retnawati Supriyadu dan Trendyar Supriyadi ini dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengutamakan pendidikan. Tak pelak, membentuk dirinya menjadi sosok pribadi yang selalu ingin mengabdi demi kemajuan masyarakat.

Saya begitu masuk sebulan di Surabaya langsung kerja, waktu itu ijazah aja belum resmi masih transkip, belum wisuda. Lalu setelah 11 tahun saya mengajar sebagai dosen kemudian suami pindah dinas ke Jakarta, kenang perempuan kelahiran Situraja Sumedang, 27 Oktober 1963 ini.

Pindah ke Jakarta, Eni mencoba berwirausaha mulai dari desain interior, membuat perusahaan kontraktor yang akhirnya berkembang menjadi developer. Saat itu suami saya berpangkat Kolonel, kemudian dipikir-pikir gaji gak akan cukup kalau ingin menyekolahkan anak di tempat yang bagus. Akhirnya keluar jiwa entrepreneur saya, membuka usaha di bidang desain interior karena senang menata rumah yang akhirnya diaplikasikan dan mulai dari menata garasi sendiri. Lalu mendirikan perusahaan kontraktor kemudian berkembang menjadi developer, ungkapnya.

Sukses sebagai pengusaha di Jakarta, tidak membuat Eni lupa akan tanah kelahirannya. Ia aktif dalam organisasi dan menjadi pengayom beberapa komunitas masyarakat dari Yayasan Adat di bidang pendidikan, pertanian, seni dan budaya di Sumedang.

Saya menjadi penasehat dan pembina dalam organisasi pelestarian budaya. Jadi dalam organisasi ini, kita ingin melestarikan dan menjaga agar kebudayaan Sunda jangan sampai pudar. Sehingga kami membina para pengrajinnya, pemainnya, dan juga mendorong donasi kepada mereka yang sudah sukses, katanya.

Mendapat mandat sebagai Duta Pelestari Budaya Sunda, kesibukan Eni Sumarni semakin bertambah. Ia menekankan agar orang Sunda harus Nyantri, Nyakola dan Nyunda. Orang Sunda nyantri memiliki filosofis dalam kesehariannya mencerminkan insan yang religius, meyakini bahwa segala tindakan dan prilakunya diawasi oleh Allah SWT. Kemudian orang Sunda harus nyakola, dalam artian bukan dari pendidikan tapi ilmunya mampu memilah mana yang menjadi hak pribadi dan hak orang lain. Terakhir, orang Sunda kudu Nyunda, dimana orang Sunda dalam kehidupan sehari-harinya harus menggunakan moral budaya orang Sunda.

Sebagian dari budaya itu kan unsur seni, tetapi yang lebih utama adalah etika moral budaya, dimana di dalamnya ada tata adat istiadat dan budi pekerti. Hal tersebut harus bisa mencerminkan bahwa urang Sumedang itu orang Sunda yang berbudaya. Kita kan memiliki ke arifan lokal, sehingga dapat menjadi tolok ukur maju mundur suatu masyarakat, ungkapnya.

Idealisme dan pemikiran seorang Eni Sumarni yang visioner membuahkan penghargaan Indonesian Most Initiator pada HIPPI Award 2013. Sebuah penghargaan bagi para tokoh yang memperjuangkan etika politik dan pemberdayaan masyarakat secara mandiri dan penuh keberanian. (bug)

Back to top button