SOSOK

Fatahillah: Sukses Karena Rajin Blusukan

Asdep Gubernur DKI Bidang Kesejahteraan Rakyat
Asdep Gubernur DKI Bidang Kesejahteraan Rakyat

Taat kepada orang tua dan tak lupa meningkatkan kemampuan menjadi prinsip yang dipegang tegung oleh sosok Fatahillah. Dengan menerapkan prinsip itulah, lelaki kelahiran Kebon Jeruk, 23 Desember 1959 silam ini sukses berkarir sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kini dirinya didapuk sebagai Asisten Sekda Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Jakarta Review – Selain itu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus selalu meningkatkan kemampuan diri dan selanjutnya harus juga siap untuk dimutasi ke posisi mana saja. Dengan dua resep itulah, hingga kini Fatahilah sukses mengarungi karirnya di birokrasi Pempov DKI. Dalam hal jabatan kita nggak boleh pilih-pilih, karena itu semua terpulang pada penilaian pimpinan, kata kuncinya adalah bagaimana kita selalu meningkatkan kemampuan diri sehingga selalu dilirik oleh pimpinan, ujar Fatahilah kepada Jakarta Review.

Anak bungsu dari 5 bersaudara ini tidak berkata bohong, paling tidak 28 tahun jejak karirnya di birokrasi Pemprov DKI membuktikan hal itu. Memulai karir sebagai PNS DKI pada 1987 sebagai staf di Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat, karir anak dari pasangan KH. Abdul Hamid dan Hj. Masnah ini terus meroket.Saya sudah mengalami banyak mutasi jabatan, tapi Alhamdulillah semuanya menunjukan tren posisi yang meningkat, ungkapnya.

Uniknya kendati memiliki karir yang oke, pada awalnya Fatahilah mengakui dirinya sempat bimbang untuk melamar menjadi PNS di Pemprov DKI. Pasalnya pada saat Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan pengumuman penerimaan calon pegawai negeri, lelaki kelahiran Kebon Jeruk, 23 Desember 1959 ini belum lulus kuliah.Saya baru duduk di semester akhir Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta, tuturnya.

Lantaran belum lulus itulah, Fatahilah sempat bimbang untuk melamar, karena kalau melamar, dirinya hanya bisa memakai Ijazah Sarjana Muda (BA), Sementara kalau tidak melamar, belum tentu tahun berikutnya ada lagi penerimaan pegawai. Singkat cerita, akhirnya Fatahillah memutuskan melamar kendati hanya memakai Ijazah Sarjana Muda dan Alhamdulillah dirinya diterima.Saya sempat mengalami kerja sambil kuliah. Dan gelar SH baru saya raih dua tahun kemudian setelah diangkat menjadi pegawai negeri, jelas lelaki yang sempat bercita-cita menjadi tentara ini.

Suami dari Evi Hafizoh ini bercerita pilihannya menjadi PNS di Pemprov DKI Jakarta sangat membahagiakan kedua orang tuanya. Pasalnya sedari awal kedua orang tuanya memang berharap anak bungsu mereka ini jadi pegawai negeri. Itu sebabnya, Ayah Fatahilah yang berprofesi sebagai guru dan kemudian menjadi Penilik Sekolah sebelum pensiun, mengarahkan putera bungsunya agar bekerja di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta. Kedua orang tua saya beranggapan dengan menjadi pamong anaknya bisa melayani masyarakat. Harapannya, kalau bekerja di lingkungan kantor gubernur, Fatahillah bisa jadi camat atau minimal jadi lurah.Ayah juga ingin anak Betawi juga bisa jadi pemimpin atau pejabat. Dengan jadi lurah atau camat, berarti memimpin suatu wilayah, tuturnya.

Dengan kata lain, jika Fatahillah bisa jadi camat atau mungkin jabatan yang lebih tinggi lagi, tidak hanya drajat keluarga yang bisa terangkat. Tapi juga drajat masyarakat Betawi. Maklum, kedua orangtua Fatahillah Betawi tulen. Demikian juga Fatahillah. Hj. Evi Hamzah, sang isteri, juga perempuan Betawi. Kakek dan neneknya juga orang Betawi.

Seiring waktu, keinginan kedua orang tuanya pun terjawab, tak sekedar menjadi Lurah, sebelum menempati posisinya yang sekarang sebagai Asisten Deputi Gubernur Bidang Kesejahteraan Rakyat, Fatahilah sempat menjadi Walikota Jakarta Barat dan Jakarta Pusat.

Gemar Blusukan
Seringnya Fatahilah menempati posisi di wilayah tak lepas dari karakternya yang suka blusukan atau turun ke lapangan. Baginya untuk menunjang kelancaran tugasnya seorang pejabat wilayah seperti Lurah, Camat sampai Walikota mestinya memang harus sering turun ke lapangan menemui masyarakat di wilayah yang dipimpinnya.Gimana mau berhasil, bila pejabat wilayah tak dikenal masyarakat, terangnya.

Pengalamannya meredam konflik yang terjadi antara preman dari Etnik Madura dan Betawi di Pasar Kebayoran Lama adalah buktinya. Saat itu konflik berdarah tersebut menjadi ujian bagi Fatahillah. Sebagai pimpinan wilayah setempat dalam hal ini Camat Kebayoran Lama, dirinya dituntut bisa segera mendamaikan konflik tersebut.

Berbagai upaya pun dilakukan oleh ayah empat orang anak ini untuk mendamaikan kedua belah pihak. Upaya tersebut misalnya pendekatkan kepada tokoh masyarakat yang berkonflik, sampai dengan mengadakan program pengajian di kantor kelurahan. Lagi-lagi, karena sebelumnya sudah dikenal oleh kedua pihak yang berkonflik upaya untuk mendamaikanpun menjadi lebih mudah. Dan puji syukur akhirnya terjadi perdamaian antara kedua belah pihak.

Tak hanya berguna dalam urusan mendamaikan konflik, kegemaran melakukan blusukanpun ternyata juga sangat membantu Fatahilah saat dirinya sebagai Sekretaris Kota Jakarta Barat diberi mandat sebagai ketua tim pembebasan tanah untuk pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR) W2 (Kebon Jeruk Ulujami) di wilayah Meruya Utara, Jakarta Barat.

Lantaran sudah dikenal dengan masyarakat setempat dan tim yang saya pimpin melakukan proses pembebasannya secara taat azaz dengan melibatkan semua instansi terkait, warga yang terkena pembebasan akhirnya mau menerima skema yang kita ajukan.Kalau kita nggak dikenal oleh masyarakat terkena objek pembebasan lahan tersebut, pasti akan sulit bagi mereka untuk percaya pada kita dan pada akhirnya proyek infrastruktur yang sudah disiapkan menjadi tertunda, tandasnya.

Kini sebagai Asdep Gubernur bidang Kesra, dirinya bertugas membantu Gubernur melalui deputinya membuat berbagai kebijakan yang bisa mensejahterakan masyarakat Jakarta. “Tugas saya membuat kebijakan yang bisa mensejahterakan Jakarta, misalnya Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat,”pungkasnya. (win)

Back to top button