SOSOK

Gousta Feriza: Bangun Sinergi Demi Kemajuan Organisasi

Ketua- Umum PPI Gousta Feriza (sigit herjanto)
Ketua- Umum PPI Gousta Feriza (sigit herjanto)

Sukses menjadi pengacara profesional selama puluhan tahun, tak mampu membuat sosok Gousta Feriza melupakan aktifitas kepaskibrakaan. Banyak manfaat positif yang sudah diraih. Tak ayal dengan berbagai pengalaman organisasi yang dimilikinya, Sekum Pengurus Pusat PPI periode 2007-2011 ini terpilih menjadi Ketua Umum PPI pada Munas di Lombok awal April lalu.

Jakarta Review – Sebagai sebuah organisasi yang mewadahi mantan pengibar bendera merah putih pada saat Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus di tingkat nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, Purna Paskibraka Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan PPI sejatinya memiliki nilai strategis karena memiliki keanggotaan yang besar.

Merujuk kepada kriteria keanggotaan tersebut, jumlah anggota PPI di seluruh Indonesia memang sangat besar. Untuk tingkat nasional saja, tiap tahun ada 64 orang anggota yang mewakili 34 provinsi yang ada di Indonesia. Sementara untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Bahkan ditaksir bisa ribuan orang. Apalagi saat ini ada 514 Kabupaten dan Kota yang ada di Indonesia.

Sayangnya, kendati memiliki jumlah keanggotaan yang besar, hingga kini kebesaran PPI sebagai sebuah organisasi secara konkret belum terlalu dirasakan oleh anggotanya. Ketidakmampuan pengurus pusat menjawab kebutuhan riil anggota menjadi penyebabnya. Hal inilah yang membuat sosok Gousta kemudian membulatkan tekad untuk maju menjadi Ketua Umum PPI periode 2016-2019 mendatang. Saya nggak mau menilai kebelakang, biarlah teman-teman yang menilai. Tapi faktanya keberadaan PPI sebagai sebuah organisasi yang besar, memang belum terlalu bisa dirasakan oleh anggotanya. Karena itu, bila terpilih menjadi Ketum PPI periode mendatang, saya ingin keberadaan PPI dirasakan secara nyata oleh para anggotanya dan khalayak umum. Caranya dengan menghadirkan berbagai program yang bisa menjawab kebutuhan anggota, demikian janji lelaki kelahiran Jakarta 26 Agustus 1967 kepada Jakarta Review jika terpilih menjadi Ketua Umum PPI.

Gousta tak asal berucap, pasalnya Wakil Ketua KNPI Provinsi Banten ini pernah dua kali terlibat aktif di kepengurusan pusat PPI. Pertama di kepengurusan periode tahun 2003-2007. Di kepengurusan hasil Munas di Banten ini, dirinya mendapat tugas di Departemen Hukum. Kemudian di era kepengurusan hasil Munas di Makasar. Di kepengurusan 2007-2011 atas saran dari Almarhum Kak Hadi Nugroho saya direkomendasikan kepada ketum terpilih menjadi Sekertaris Umum. Jadi saya bukan orang yang nggak jelas latar belakangnya. Bisa dikatakan saya ini terbentuk dari kawah candradimuka Kepaskibrakaan, jelas Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Nasional SOKSI ini.

Sebagai sosok yang pernah terlibat di kepengurusan pusat PPI, penggemar kuliner seafood ini tahu betul program apa saja yang harus dijalankan saat dirinya terpilih. Menurutnya pengurus pusat harus menginisiasi banyak program kemitraan dengan stakeholder seperti, para senior, Kementerian Pendidikan Dasar, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan beberapa pihak terkait lainnya. Misalnya kita bisa buat kemitraan dengan KKP dalam program budidaya tambak udang. Nah program seperti ini akses informasinya harus dibuka kepada teman-teman PPI yang ada di daerah pesisir. Setelah itu pelaksanaannya lalu diserahkan kepada pengurus daerah.

Dalam hal pendekatan kepada senior misalnya. Itu tentu bukan hal yang tabu untuk dilakukan. Tentu kita bisa minta tolong kepada para senior yang sudah mapan dari sisi karir dan finansial, untuk bisa bahu membahu membantu kesulitan yang menimpa yuniornya. Program ini nggak sulit untuk dilaksanakan, karena ini bukan program langit kok. Prinsipnya, bagaimana segenap potensi yang ada saling bergandeng tangan. Lha wong saat ini banyak kok senior-senior PPI yang telah sukses berkiprah di tingkat nasional. Saya pikir saat ini, kita tinggal gedor saja hati mereka semua. Bangun lagi silaturahmi lagi dengan baik. Kalau itu dilakukan, saya yakin mereka akan bisa membantu sesuai kapasitas masing-masing, cetusnya.

Jangan lupa, terpilih sebagai petugas pengibaran bendera pada saat Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus di tingkat nasional dan kabupaten kota adalah sebuah proses yang tidak mudah. Ada proses seleksi yang panjang disana dari sisi mental, spiritual, keterampilan dan pengetahuan. Jadi PPI adalah orang yang terpilih. Karena itu, saya nggak ingin potensi tersebut menjadi sia-sia, hanya karena teman-teman tidak mampu bisa melanjutkan kuliah. Jadi harus ada solusi yang bisa diberikan kepada mereka, papar Gousta.

Ketua bidang ujian advokat di Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) ini meyakini jalinan kemaitraan akan banyak membantu pemberdayaan anggota PPI. Karena itu, dirinya ingin Pengurus PPI di tingkat pusat bisa membantu memberikan bantuan kepada anggotanya yang baru lulus SMA dan kuliah. Anak yang baru lulus SMA, tentu butuh bimbingan tempat yang pas untuk melanjutkan pendidikan yang pas sesuai dengan kebutuhan. Sementara untuk yang baru lulus kuliah butuh pekerjaan. Pengurus harus bisa menjawab tantangan tersebut, termasuk membantu anggota yang sudah lulus SMA tapi nggak mampu melanjutkan kuliah. Nah program kemitraan dengan stakeholder tersebut mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut, paparnya penuh semangat.

Selain itu, kemitraan dengan Kementerian Pendidikan juga penting sifatnya. Sebagai orang yang pernah merasakan manfaat pelatihan kepaskibrakaan, dirinya ingin Ilmu Kepaskibraan bisa diwujudkan menjadi kurikulum ekstra kurikuler di sekolah-sekolah. Kalau itu bisa diwujudkan, saya pikir akan sangat efektif untuk pemantapan dan penguatan wawasan kebangsaan sehingga potensi radikalisasi bisa ditangkal sejak dini. Materinya nanti kita tekankan kepada pemahaman NKRI, wawasan kebangsaan, pancasila, organisasi dan kepemimpinan.

Semua program tersebut menurutnya sudah dipaparkan kepada para pemilik suara yaitu pengurus daerah PPI yang ada di 34 Provinsi di Indonesia. Pertama pada pertemuan di Bali pertengahan Febuari lalu dan yang kedua pada pertemuan di Jogjakarta awal Maret lalu.

Sebetulnya, pertemuannya cukup di Bali saja. Kebetulan saat silaturahmi di Bali baru 18 pengurus daerah yang hadir. Nah atas permintaan teman-teman daerah lain yang belum sempat hadir, akhirnya dirancang pertemuan lanjutan di Jogjakarta. Terus-terang saya takjub dengan animo dan antusiasme teman-teman yang cukup tinggi untuk mendengarkan paparan program yang saya miliki. Karena itu saat ada permintaan untuk membuat pertemuan lanjutan, saya harus membuka diri bertemu dengan mereka. Apalagi pada pertemuan di Bali hanya 18 perwakilan provinsi yang sempat hadir, tuturnya.

Dari hasil dua pertemuan tersebut dan silaturahmi yang terus dibangun setelah pertemuan tersebut, dirinya optimis menghadapi Munas yang akan digelar di Lombok awal April mendatang. Paling tidak itu yang bisa diterawang saat dua kali silaturahmi bertemu dengan teman-teman di Bali dan Jogjakarta. Insya Allah banyak teman-teman daerah yang mendukung program-program yang saya tawarkan.

Goustapun berjanji jika terpilih akan segera menggelar rapat kerja (raker) untuk merumuskan program bersama teman-teman di kepengurusan. Kita harus gerak cepat menjawab kebutuhan anggota. Perbaikan SDM melalui aneka program menjadi penting, apalagi saat ini sudah memasuki era perdagangan bebas Asean atau lebih dikenal dengan istilah MEA. Kontribusi PPI menyambut MEA. Juga harus dirumuskan juga.

Tak Bisa Lepas Dari Paskibra

Pengalaman bertugas mengibarkan bendera merah putih pada peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus 1984 silam di Lapangan Jenderal Urip Sumoharjo Jakarta Timur, tampaknya masih membekas pada sosok Gousta Feriza. Tak ayal, meski peristiwa tersebut sudah berlalu tiga puluh dua tahun yang lalu, dirinya hingga kini tak bisa lepas dari kegiatan yang berbau kepaskibraan. Kegiatan Kepaskibrakaan telah mewarnai dan membentuk karakter dan garis hidup saya, kenang Gousta.

Tak hanya terlibat sebagai Pasukan Pengibar Bendera di Jakarta Timur, Gousta muda bersama bimbingan kakak-kakak senior lainnya seperti Kak Suprapto Alif , Kak Mia, Kak Djarot, Almarhum Kak Elyas dirinya sempat mempelopori berdirinya organisasi PPI Jakarta Timur. Kebetulan kakak senior tersebut sudah lebih dulu menjadi pemandu siswa (sebuah kegiatan yang dibentuk oleh Depdiknas untuk mewadahi siswa-siswi SMA terpilih yang ada di Jakarta). Organisasi PPI Jakarta Timur sendiri bisa dikatakan sebagai pionir dibandingkan dengan PPI di wilayah Jakarta lainnya. Dan saya bangga sempat aktif terlibat aktif disana, baik sebagai anggota dan pengurus bahkan instruktur, papar Gousta bangga.

Yang lebih membanggakan lagi, kegiatan PPI di Jakarta Timur tetap berjalan hingga sekarang. Karena itu, kalau ada kesempatan dirinya tak jarang hadir memenuhi undangan dari PPI Jakarta Timur dan sesekali hadir menyaksikan latihan di GOR New Center di Jalan Otista.

Saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Lulusan S2 Fakultas Hukum UI ini memilih kegiatan Resimen Mahasiswa (Menwa) sebagai pelabuhan aktifitas selanjutnya. Kegiatan Menwa sangat sejalan dengan apa yang telah saya pelajari di kegiatan kepaskibrakaan, ungkap Gousta menuturkan alasannya.

Selesai menamatkan kuliahnya di tahun 1986, Pengurus DPD Golkar Provinsi Banten ini kemudian fokus bekerja. Namun demikian, dirinya masih tetap aktif di kegiatan kepaskibrakaan. Apalagi dirinya aktif bertugas di kompartemen hukum di kepengurusan Pusat PPI pada tahun 2003-2007 hasil Munas di Banten. Kemudian saat kepengurusan periode selanjutnya (2007-2011), atas saran Almarhum Kak Hadi Nugroho, terpilih sebagai Sekertaris Umum. Baru di periode kepengurusan 2011-2014 Gousta fakum di kepengurusan PPI Pusat. Akan tetapi Gosuta tetap terlibat dalam urusan kepaskibrakaan. Apalagi setelah tinggal di Provinsi Banten sejak tahun 1997 silam, ayah tiga anak ini kini banyak beraktifitas di Banten. Apalagi sejak tahun 2000, saat Banten diputuskan menjadi Provinsi baru di Republik ini. Sejak itulah meskipun berasal dari PPI Jakarta Timur, saya banyak berinteraksi dengan dengan teman-teman PPI di Provinsi Banten, tandasnya.

Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul ini memang gemar berorganisasi. Sejak duduk di SD hingga Perguruan Tinggi, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Wira Karya Provinsi Banten ini tak pernah alpa mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Di SD saya ikut kegiatan Pramuka, di SMP ikut Palang Merah Remaja (PMR), di SMA ikut Paskibraka dan OSIS, dan terakhir saat kuliah ikut kegiatan Menwa. Ikut berbagai kegiatan ekstra kurikuler sangat membantu pembentukan mental dan karakter saya dan jangan lupa saya kenal dengan isteripun karena aktif beroragisasi, cetus pengacara senior dari Kantor Hukum GFF Advocates ini.

Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Begitu kata orang bijak. Peribahsan ini tampaknya juga dipegang oleh Gousta. Karena banyak beraktifitas di Provinsi Banten terutama di Kota Tanggerang Selatan, 20 Mei 2015 lalu, lelaki yang sempat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di DPRD Provinsi Banten ini membentuk LBH (Lembaga Bantuan Hukum) dan LSM Tuntas (Tunas Unggulan Tanggerang Selatan). Saat itu peresmian berdirinya dua lembaga yang merupakan pengabdian masyarakat tersebut dihadiri dan diresmikan oleh Walikota Tanggerang Selatan Ibu Airin Rachmi Diany. (win)

 

Related Articles

Back to top button