Hardjuno Wiwoho Ingin Bebaskan Rakyat dari Warisan Utang Abadi
Tak mau hanya berteriak dan berbicara, Sekjen Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Hardjuno Wiwoho menyuarakan penuntasan kasus BLBI lewat lagu Jerat Hutang Abadi.
Jakrev.com – Stop Rakyat menanggung beban, Stop Rakyat menanggung Hutang, Stop menanggung penderitaan, dari jerat hutang yang abadi. Demikian nukilan lagu Jerat Hutang Abadi, sebuah lagu unggulan dalam album koruptor-koruptor kakap. Sebuah lagu yang sengaja diciptakan oleh Sekjen dan Ketua Umum HMS Hardjuno Wiwoho dan Sasmito Hadinegoro bersama-sama dengan Bona Paputungan sosok penyanyi yang terkenal kritis dan konsisten melawan korupsi dan mantan gitaris Iwan Fals Digo DZ.
Menurut Hardjuno, lagu menjadi media yang paling tepat untuk menyuarakan sesuatu. Pada akhirnya kami berharap melalui lagu Jerat Hutang Abadi kampanye penuntasan kasus BLBI menjadi lebih bisa dicerna oleh kalangan yang lebih luas, tidak hanya kalangan intelektual saja. Apalagi lagu-lagu kritis bertema kritik sosial khususnya tentang pemberantasan korupsi sudah lama tidak hadir di negeri ini. “Saya berharap, dengan mendengarkan lagu Terjerat Utang Abadi ini, orang akan lebih peduli dengan kasus BLBI. Orang mendengar lagunya terhibur, kemudian menjadi peduli dan paling tidak mendukung penuntasan kasus BLBI,” kata Sekretaris Jenderal HMS Hardjuno Wiwoho kepada Jakarta Review.
Dan ternyata, keyakinan Hardjuno benar adanya. Tak lama setelah lagu selesai dan diungguh di youtube, tanggapan publik luar biasa. Buktinya HMS mendapatkan banyak dukungan dari berbagai komunitas mulai dari pesantren, aktivis, akademisi, organisasi kepemudaan hingga komunitas Orang Indonesia. “Bahkan sebuah stasiun televisi mengundang khusus Ketua Umum Gerakan HMS untuk mengulas lagu jerat hutang abadi,” tutur lulusan S2 Komunikasi Universitas Moestopo Beragama ini
Berjuang tidak bisa hanya dengan satu jalur. Tapi harus dilakukan dengan banyak jalur. Beranjak dari keyakinan itulah, Gerakan HMS meluncurkan album ini. “liriknya kebanyakan kita ambil dari beberapa statement diskusi yang sering kita jalankan,”terang Ayah dari 4 orang anak ini.
Selama ini lanjut Hardjuno, kita sudah melakukan banyak road show berupa diskusi, seminar di beberapa kota, bahkan demo turun ke jalan menjangkau berbagai kalangan untuk menyuarakan penuntasan kasus BLBI. Dari hasil interaksi dengan berbagai kelompok masyarakat tersebut, kita menyadari, bahwa kampanye penuntasan kasus BLBI melalui seminar dan diskusi mungkin hanya cocok untuk langan terdidik, tapi tidak untuk kalangan masyarakat biasa. “Nah karena itulah, akhirnya kita terpikir untuk menuangkan kampanye penuntasan kasus BLBI melalui sebuah lagu,” jelas pria yang menargetkan meraih gelar doktor ilmu politik pada tahun 2019 ini.
Kendati sudah membuat album, tidak berarti kami meninggalkan bentuk advokasi yang lain seperti diskusi, seminar dan aksi turun ke jalan. Pembuatan album ini lebih kepada efektifitas saja. Menurutnya proses kreatif dalam pembuatan album ini terbilang ajaib. Semuanya kita selesaikan hanya dalam waktu 45 hari di sebuah studio rekaman di bilangan cibubur.
Pada awalnya terang Hardjuno, Bona agak takut menyanyikan lagu ini (Jerat Hutang Abadi). Dia bilang, bang ini liriknya terlalu keras, nanti bisa gawat kita. Tapi Alhamdulillah, Bona bisa diyakinkan, apalagi setelah saya ikut terlibat menyanyikan lagu Jerat Hutang Abadi. “Setelah itu sesuatu yang luar biasa terjadi, Jam 6 sore masuk rekaman, jam 4 pagi proses rekaman lagu ini selesai,” terangnya.
Hardjuno menambahkan, dalam setiap langkah perjuangannya mengkampanyekan penuntasan kasus BLBI, dirinya selalu berpegang pada prinsip “verba volant, scripta manent” (apa yang diucapkan akan berlalu, namun ihwal yang tertulis akan abadi). Karena itu, saya tak pernah berhenti mendokumentasikan setiap kegiatan yang HMS lakukan entah itu diskusi, seminar ataupun demo. “Jangan lupa pembuatan lagu ini juga selaras dengan prinsip itu, karena saya yakin lagu itu akan abadi didengar orang banyak,” cetusnya.
Yang paling penting sampai kapanpun, HMS nggak akan pernah berhenti menyuarakan penuntasan kasus BLBI. Publik harus sadar bahwa kasus BLBI jika tidak dituntaskan akan menjadi beban masa depan yang akan menyengserakan rakyat dalam jangka panjang. Bisa 10-20 bahkan sampai 50 tahun kedepan. Sepuluh tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono nggak bisa menuntaskan kasus ini. Karena itu penuntasan kasus ini menjadi tantangan buat Jokowi sebagai presiden terpilih untuk menuntaskannya.
BLBI, sambung Hardjuno, juga merupakan skandal yang jauh lebih besar dari dua kasus yakni Bank Century dan Hambalang yang saat ini ditangani KPK. Akibat skandal BLBI maka negara bersama rakyat harus menanggung hutang Rp 3000 trilyun. “Oleh karena itu jika skandal ini tidak selesai juga maka kami akan mengajak menyetop kebijakan obligasi untuk konglomerat hitam dan menunda bayar pajak. Penundaan pajak merupakan suatu tindakan agar rakyat mendapatkan kesejahteraan,” paparnya.
Total Dalam Gerakan
Sepak terjang saya di HMS memang banyak membuat orang geram. Khsusunya mereka yang merasa terusik dengan aksi-aksi HMS. Tak jarang, berbagai tawaran mulai dari uang hingga pekerjaan datang menghampiri. Bahkan ada yang sempat akan menghabisi nyawa saya. Mereka bilang, apa nggak sayang dengan keluarga. Semuanya dengan satu tujuan ingin menghentikan aktifitas saya di HMS. “Tapi semua ancaman itu saya jawab, hidup dan mati seseorang semuanya ada ditangan Tuhan, akhirnya semua ancaman berhenti sendiri,” terang pria kelahiran 13 Maret 1983 ini.
Layaknya manusia biasa, Hardjuno mengakui dirinya sempat dilanda kebosanan. Terutama saat pemerintah tetap melantik Mantan Dirjen Pajak Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia. Padahal kami dari Gerakan HMS sudah berkali-kali mengingatkan kepada pemerintah bahwa Darmin Nasution adalah mafia pajak karena terlibat skandal pajak PT Surya Alam Tunggal Sidoarjo. Kita tahu akibat skandal kasus itu Gayus yang pegawai pajak golongan 3 A dihukum 28 tahun sementara Darmin Nasution melenggang bebas.
Namun demikian, karena dukungan dari orang-orang terdekat yang terus menyemangati, sampai sekarang saya tetap aktif berjuang di Gerakan HMS untuk memperjuangkan penuntasan kasus BLBI. “Saya sadar bahwa perjuangan ini akan panjang, tapi HMS tak akan berhenti melakukan gerakan untuk kesejahteraan masyarakat dengan mensosialisasikan lewat sejumlah aksi atau kegiatan turun ke jalan, seminar serta diskusi publik di lingkungan kampus,” pungkasnya. (Windarto)