Tingkat laju pertumbuhan ekonomi Jakarta selama kurun waktu lima tahun terakhir masih menunjukan indikator yang sangat positif. Selama kurun waktu tersebut, ekonomi Jakarta selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Tak ayal dengan laju pertumbuhan ekonomi seperti itu, Jakarta masih menjadi tempat tujuan favorit pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. “Hingga kini Jakarta selalu menjadi tujuan favorit kaum urban,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Nyoto Widodo kepada Jakarta Review.
Kini memasuki triwulan III tahun ini, pertumbuhan ekonomi Jakarta sudah mencapai 6,02 persen. Lagi-lagi masih diatas angka pertumbuhan nasional yang baru mendekati 6 persen. Berdasarkan fakta tersebut, alumnus S2 FE UI ini memperkirakan sampai dengan akhir tahun 2014, angka pertumbuhannya akan lebih besar lagi. Apalagi pada triwulan terakhir, biasanya serapan anggaran pemerintah daerah akan lebih besar lagi. Sementara pada saat bersamaan ada hari besar besar keagamaan (natal) dan liburan akhir tahun yang akan memicu konsumsi masyarakat. “Jakarta tumbuh rata-rata 6,17 persen pertahun sementara pertumbuhan ekonomi nasional hanya mencapai 5,88 persen pertahun,” ujar lelaki kelahiran Surabaya ini.
Nah untuk menjelaskan kondisi perekonomian Jakarta secara lebih mendalam, di kantornya yang asri di bilangan Salemba Tengah, 19 November lalu, Mantan Direktur Statistik Peternakan BPS ini berkesempatan memberikan penjelasan kepada Windarto dan fotografer Makmun Hidayat dari Jakarta Review. Berikut petikannya :
Bagaimana laju pertumbuhan ekonomi Jakarta dalam 5 tahun terakhir ?
Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 ekonomi Jakarta tumbuh rata-rata 6,17 persen pertahun. Angka tersebut selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional dengan rata-rata laju pertumbuhan yang hanya mencapai 5,88 persen pertahun.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil diatas rata-rata nasional, tampaknya Jakarta menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional ?
Tak bisa dipungkiri, fakta tersebut menunjukan perekonomian Jakarta sebagai pusat ekonomi Indonesia dalam kondisi yang sangat bagus. Karena itu, tak heran hingga kini Jakarta masih menjadi tempat tujuan favorit pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Tak ayal Jakarta selalu menjadi tujuan favorit kaum urban.
Lalu bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun ini ?
Tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jakarta akan tetap diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga triwulan ke-III tahun ini saja angka pertumbuhannya sudah mencapai 6,02 persen sementara nasional masih mendekati 6 persen. Dan hingga akhir tahun diyakini angkanya akan lebih besar lagi. Indikatornya adalah lonjakan belanja pemerintah daerah dan ada hari besar keagamaan dan libur akhir tahun yang biasanya memicu konsumsi masyarakat.
Sektor mana saja yang menjadi pendorong utama pertumbuhan Jakarta ?
Sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi Jakarta adalah sektor tersier. Sektor tersier sendiri terdiri dari sektor perdagangan, angkutan, perbankan dan jasa. Nah keempat sektor tersebut menyumbang hampir tiga perempat perekonomian Jakarta (selalu diatas 70 persen). Adapun sektor sekunder (industri/listrik/air/bangunan) adalah penopang pertumbuhan yang kedua (angkanya diatas 25 persen). Sementara itu sektor primer (pertanian/pembangunan) menjadi penopang pertumbuhan yang paling kecil.
Apakah kontribusi ketiga sektor tersebut, hanya trend sesaat atau memang sudah berlangsung lama ?
Berdasarkan data yang kami miliki, sudah sejak tahun 2007 lalu sektor perdagangan, perbankan dan industri sudah lama menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jakarta. Jadi memang bukan fenomena baru.
Dengan tingginya kontribusi sektor tersier tersebut, apakah bisa dikatakan Jakarta sebagai kota Jasa ?
Saya pikir demikian, karena sebagai pusat perekonomian Indonesia dan kota perdagangan, mobilitas masyarakat Jakarta sangat tinggi. Dan mobilitas yang tinggi tersebut harus ditipang oleh sarana angkutan dan layanan perbankan yang mumpuni.
Tahun ini penyerapan APBD Jakarta sangat rendah, tapi pertumbuhan ekonomi Jakarta masih tetap oke. Bagaimana anda menjelaskan fenomena ini ?
Pertumbuhan ekonomi Jakarta selama ini lebih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat Jakarta yang sangat tinggi. Angkanya mencapai 57 persen. Sementara kontribusi konsumsi pemerintah tidak sampai 10 persen. Itu yang menyebabkan mengapa saat belanja pemerintah rendah, pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap tinggi. Dan perlu dipahami bahwa selain konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah, pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh beberapa elemen lain yaitu investasi, ekspor dan impor.
Bagaimana dengan tingkat inflasi ?
Hingga Oktober 2014 laju inflasi mencapai 4,54 persen. Namun karena ada kenaikan BBM pada akhir November lalu, maka diperkirakan inflasi akan meningkat. Apalagi masih ada hari raya Natal, tahun baru, dan hari libur, yang biasanya memicu pertumbuhan konsumsi masyarakat. Ini masih ditambah dengan belanja pemerintah yang biasanya juga melonjak pada akhir tahun.
Biasanya kenaikan BBM akan memicu kenaikan inflasi hingga berapa persen ?
Berdasarkan pengalaman yang sebelumnya, biasanya kenaikan BBM akan memicu kenaikan inflasi hingga 0,3-0,5 persen. Ini khusus hanya memperhitungkan kenaikan BBM saja, dan belum mempertimbangkan kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok yang biasanya ikutan naik paska kenaikan BBM. Jadi angkanya akan jauh lebih besar lagi. Namun apakah angkanya akan lebih besar dibandingkan dengan inflasi tahun 2013, itu masih harus kita lihat pada 2 bulan kedepan.
Belum lama ini elemen buruh sempat mendatangi Kantor BPS DKI untuk memprotes mekanisme penetapan KHL. Bisa dijelaskan kondisinya pada saat itu ?
Beberapa waktu lalu memang ada elemen buruh yang mendatangi kantor kami untuk memprotes mekanisme penetapak KHL. Mereka beranggapan, BPS adalah aktor utama penetapan KHL. Padahal yang menetapkan KHL adalah dewan pengupahan. Dan BPS hanyalah salah satu elemen dari unsur pemerintah yang menjadi anggota dari Dewan Pengupahan tersebut. Nah fakta tersebut kami jelaskan kepada mereka. Alhamdulillah mereka akhirnya memahami kondisi tersebut. windarto