OPINI

Pangan dan Antisipasi Krisis Refleksi 2 th ID FOOD

Oleh: Arie Sujito Sosiolog UGM

Arie Sujito Sosiolog UGM

Di tengah bayangan krisis global, yang di antaranya soal pangan, tentu kebijakan nasional untuk mendorong tumbuhnya inisiatif menciptakan pendekatan alternatif di semua lini adalah suatu keniscayaan. Pangan sebagai
sektor strategis memang telah dijadikan narasi besar, seruan kewasdaan bahaya kelaparan, ketimpangan, kemiskinan dan kemerosotan bangsa mamacu alasan untuk semua komponen bangsa bergerak cepat antisipatif, dengan berbagai cara.

Karenanya saat penetapan institusi strategis yang memotori pangan, ID FOOD, dijadikan armada besar gerbong yang mengusung misi kebangkitan pangan Indonesia, seluruh energi difokuskan agar rangkaian agenda strategis mampu dikerjaan. Dalam usia 2 tahun sejak dicanangkan, konsolidasi kelembagaan, tata kelola usaha, penguatan SDM, penggunaan sumberdaya keuangan, setup teknologi informasi dengan dasar regulasi dan kebijakan strategis dikerjakan. Ada capaian yang bisa diapresiasi, sekalipun masih banyak pekerjaan yang harus dituntaskan dengan segala risiko untuk memastikan agenda konsolidasi pangan dilangsungkan dengan baik.

Diantara kekuatan itu, kita perlu memberikan bobot perhatian pada pelaku- pelaku langsung di grassroot, yakni petani, nelayan maupun peternak. Mengapa mereka penting, karena peran dan kekuatan yang dimilikinya
sebagai subjek penyelenggaraan pangan tentu sangat krusial. Tiga subjek inilah sebagai kekuatan langsung bersinggungan dengan problem maupun solusi. Jika mereka rentan dan terbengkalai tanpa perhatian serius tentu akan menjadi ancaman kegagalan, dan sebaliknya jika mereka berdaya tangguh dan diprioritaskan sebagai konsekuensi agenda nasional maka kemungkinan keberhasilan akan di raih bagi bangsa.

Petani misalnya, sebagai aktor yang berkekuatan sekaligus penyeleggaran garda depan pangan berhasil memproduksi mulai dari padi, tebu, ketela, sagu, maupun jenis-jenis pangan lainnya yang berhasil menghidupi dan berkontribusi penopang penyelenggaraan pangan Indonesia. Sekalipun tantangan berat masih dihadapinya dengan berbagai risiko. Soal perubahan dan degradasi alam, manajemen yang seringkali memojokkan posisi mereka, atau bahkan rantai kemiskinan struktural yang membelit problem yang berkesudahan.

Nelayan sebagai aktor penting penghasil produksi ikan dengan ragam sumberdaya laut berskala yang tidak terhitung telah berjasa kontribusinya berhasil memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Bahkan dalam ragam bentuk dan perkembangan perikanan mandiri rakyat juga saling menopang keeutuhan pangan di komunitas grassroot dan pedesaan. Mereka ini kekuatan penting yang tidak bisa diabaikan. meskipun kita juga tidak bisa pungkiri nasib mereka perlu perhatian serius, dengan cara-raa afirmasi maupun pembenahan tata kelola perikana agar bisa berbenah membawa misi kemandirian tata kelola yang adil untuk nelayan maupun petani ikan.

Sementara peternak, juga tidak kalah pentingnya mendapatkan perhatian dengan peran mereka sebagai agen-agen ekonomi pangan yang berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat secara nyata. Pemenuhan daging dan
ragam produk yang dihasilkan memberi pesan penting, bahwa sumbangannya memperkuat pangan masih dibayangi problem yang perlu diatasi. Cita-cita agar peternak makin tanggung dalam mengelola sumberdaya
dalam negeri agar tidak lagi termarginalkan oleh membanjirnya import daging, hendaknya perlu mendapatkan perhatian yang lebih kontkrit dan strategis.

Gambaran perjuangan dengan dinamika yang melekat, serta capaian dan problem yang menyelimutinya, tentu relevan untuk mendapatkan perhatian dengan diikuti strategi yang relevan dan visioner. Pangan dengan demikian, dapat memosisikan para petani, nelayan dan peternak diantara pelaku pangan saat ini dan kedepan perlu mendapat topangan energi. Kunci inklusivitas (yang berupaya membawa misi keadilan, kemakmuran, dan
pemerataan) akses dalam kebijakan dan ragam aspek terkait hendaknya mencegah terjadinya ketidakadilan yang dialami, sekalipun mengatasnamakan krisis global.

Semoga konsolidasi melalui ID FOOD dalam usia awal it uterus maju, tidak terjebak sekadar adminitratif dan problem tata kelola, namun hendaknya menjadi solusi strategis yang langsung mendarat pada wilayah konkrit. Pada akhirnya dapat berhasil memberi harapan nyata untuk petani, nelayan dan peternak khususnya, bahkan aktor-aktor lain sejenis dengan terwujudnya kemandirian dan kedaulatan pangan bagi bangsa Indonesia.

Komitmen negara melalui regulasi, sumberdaya keuangan, kelembagaan hendaknya diikuti kultur yang maju. Terobosan peningkatan kapasitas SDM melalui pemanfaatkan teknologi dan informasi berwujud dalam inovasi yang bermakna menghasilalkan terobosan positif. Dapari proses itulah pada akhirnya bermanfaat menghasilkan keuantungan secara ekonomi, berdaya secara sosial dan tangguh sebagai kekuatan komponen bangsa dalam misi mengantisipasi jika terjadi krisis kedepan, agar lebih baik.

Related Articles

Back to top button