SOSOK

Ridwan Sutan Sati: Menuai Asa dengan Bumbu Kemasan

Ridwan Sutan Sati sedang memegang produk bumbu Sutan Sati. (Sigit Artpro)
Ridwan Sutan Sati sedang memegang produk bumbu Sutan Sati. (Sigit Artpro)

Jakarta Review – Untuk menemukan formulasi yang tepat dalam menjual bumbu dalam kemasan, Ridwan Sutan Sati (48) mesti berjuang melewati jalan berliku. Pernah tertipu, tapi ia bangkit lagi. Melalui bumbu kemasan dengan merek Sutan Sati, pria asal Solok ini ingin berjuang meningkatkan taraf hidup sekaligus meringankan beban ibu-ibu rumah tangga yang seringkali kerepotan menyiapkan beragam bumbu masakan dirumahnya masing-masing.

Pagi itu tepatnya di pertengahan tahun 2011, tiba-tiba Ridwan mendapatkan ide untuk menjual bumbu dalam kemasan. Ridwan yang biasa menjual aneka bumbu basah di pasar tersebut mendapat ide dari pelanggannya yang kebetulan membawa beberapa produk bumbu dalam kemasan. Saat bertanya kepada sang pelanggan tersebut, Ridwan menemukan fakta harga bumbu dalam kemasan tersebut dengan gramasi yang lebih ringan harga jualnya jauh lebih mahal ketimbang bumbu yang dijualnya.

Berdasarkan fakta tersebut, Lelaki Kelahiran Solok, 9 September 1969 silam ini lalu mendapatkan ide untuk menjual bumbu dalam kemasan.

“Saya yakin aneka bumbu basah yang selama ini diproduksinya bisa dijual lebih mahal kalau dijual dalam bentuk kemasan yang baik. Apalagi bumbu yang dijualnya dikenal oleh masyarakat sekitar Jogjakarta,” kata Ridwan kepada Jakarta Review.

Singkat cerita, sejak itu suami dari Elfika Chandra ini pun bertekad menjual bumbu dalam kemasan. Namun mengemas bumbu dalam kemasan ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Ridwan pun acap kali menuai kegagalan sebelum berhasil menemukan formulasi kemasan yang pas untuk produk bumbunya.

“Sebelumnya berbagai kemasan plastik sudah dicobanya tetapi hasilnya kurang memuaskan, setahun belakangan ini, saya dapat informasi dari kerabat yang kerja di percetakan tentang adanya plastik khusus yang biasa digunakan untuk mengemas bumbu yang memiliki kualitas yang baik. Saking bagusnya, dibantingpun nggak akan pecah dan bocor plastiknya,” tuturnya.

Ridwan-pun tambah yakin. Dengan menggunakan kemasan plastik yang tepat, akhirnya produk bumbu Sutan Sati pun melenggang di sejumlah pasar tradisional yang ada di Jogjakarta dan sekitarnnya.

“Setelah pakai kemasan yang baik. Hasil penjualan bagus. 1000 sachet habis terjual dalam 2 hari, jadi bisa dikatakan nggak ada returnya. Makanya akhirnya saya berani menjual ke luar Jogjakarta. Tapi sebelumnya, returnya banyak. Dari 1000 sachet returnya bisa mencapai 300 an sachet. Bahkan saat Idul Fitri dan Idul Adha produknya bisa terjual 100 ribu sachet. Jadi harus punya stok sebelum lebaran,” jelasnya.

Ayah dari Arif Abdillah, Gheyza Raihan Alfarabi, Aulia Fauziah dan Lindu Bima Abi Farel ini tak asal bercerita, produk bumbu kemasannya yang dijual dengan merek Sutan Sati kini sudah dikenal oleh masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya.

“Bisa dibilang produk bumbu yang dibuat secara rumahan (home industry) ini sudah dikenal di daerah Jogjakarta dan sekitarnya. Khususnya disejumlah pasar tradisional dan beberapa gerai mini market yang ada disana. Bahkan tak jarang beberapa pelanggan setianya membawa produk Sutan Sati ke luar negeri. Terutama untuk kerabat mereka yang sekolah atau bekerja di luar negeri. Jadi produk saya sudah tembus luar negeri loh,” ujarnya bangga.

Tak ingin kecolongan, Ridwan pun bergerak cepat. Segala aspek legal menyangkut pezinan usaha bumbu kemasannya-pun segera diurus. Izin usaha, Sertifikat Halal, dan Paten adalah sejumlah sudah dipenuhinya.

“Bumbu Sutan Sati memang produk rumahan karena dikerjakan oleh beberapa orang, tapi saya nggak ingin usaha ini bermasalah dikemudian hari, terutama menyangkut paten produk dan sejumlah aspek legal lainnya. Alhamdulillah semuanya sudah selesai diurus. Dengan demikian ini memudahkan sejumlah pihak yang ingin bekerjasama, ungkapnya.

Ridwan memang membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak. Baginya sebagai produk baru sombong rasanya jika saya menutup diri untuk bekerjasama dengan pihak lain.

“Selama kerjasama tersebut dilandasi dengan kejujuran dan keinginan untuk maju bersama, kenapa tidak,” ujar Ridwan.

Meringankan Ibu-Ibu

Rendang adalah makan khas Padang yang sudah dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan sudah mendunia. Masakan olahan daging dengan cita rasa pedas ini pun memiliki rasa yang lezat. Namun untuk membuat rending dibutuhkan bumbu rempah-rempah yang begitu banyak. Tak ayal, meski hampir semua orang menyukai rendang, tapi tidak semua orang sanggup memasak bumbu rendang yang membutuhkan waktu berjam-jam.

Nah kesulitan dalam pembuatan bumbu rendang inilah salah satu inspirasi yang membuat Ridwan membuat bumbu rendang dalam kemasan. Dibantu oleh sang isteri Elfika Chandra kini menjual aneka bumbu dalam kemasan. Tak hanya rendang, ayah 4 anak ini juga menjual bumbu kemasan dengan rasa Tongseng, Opor dan Gulai. Ridwan berharap dengan aneka bumbu kemasannya ini, maka ibu-ibu muda tidak akan kesulitan lagi memasak rendang, gulai, opor atau tongseng untuk disajikan di rumah.

Sekedar informasi, sebelum menjual bumbu dalam kemasan dengan merek Sutan Sati, Ridwan memang sudah lama berjualan bumbu basah di sebuah pasar tradisional di Jogjakarta. Bahkan sebelum berjualan bumbu basah di Jogja, dirinya sempat berjualan bumbu basah di Bekasi dan Bandung.

“Saya memang sudah lama berjualan bumbu basah, tepatnya sejak tahun 1998 di pasar tradisional di Bekasi dan Bandung. Baru tahun 2004 lalu saya mencoba peruntungan di Jogja. Dan itu saya lakoni sampai sekarang,” paparnya.

Sebagai pendatang baru dalam bumbu kemasan, pemasaran produk merupakan tantangan terbesar yang dihadapinya. Sudah tentu orang tidak serta merta percaya bahwa bumbu kemasan yang dibuatnya enak.

“Yang jelas mulai merintis usaha ini dari lima tahun yang lalu saya sudah banyak belajar, mulai dari bagaimana memyakinkan pasar tentang produk ini sampai pada bagaimana desain yang sesuai buat kemasan dan pemilihan kemasan yang tepat,” tandasnya. (win)

 

Back to top button