SOSOK

Suryani Motik : Buah Manis Perjuangan Perempuan Betawi

sumber : Makmun
sumber : Makmun

Jakarta Review – Santun, lugas dan tegas adalah gambaran sekilas perempuan bernama lengkap Dra. Suryani Sidik Motik, MGA. Kegigihan berjuang membangun usahanya dari nol, meski awalnya sempat jatuh bangun, tidak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya ia memetik buah manis perjuangannya dengan kesuksesan sebagai pengusaha di bawah bendera Indo Prima Group. Kini, jiwa enterpreneur tersebut ia tularkan kepada pengusaha-pengusaha pemula khususnya usaha kecil menengah.

Akrab disapa Yani, perempuan kelahiran Jakarta, 17 Juli 1961 itu, dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) periode 2010-2015. Tugas yang diembannya tidak ringan, diperlukan kerja keras dan strategi khusus, mengingat 4 juta lebih anggota pengusaha pribumi berasal dari UKM yang diharapkan mampu bersaing dalam kancah pasar nasional maupun internasional.

Yani mengatakan, UKM sebagai pilar utama ekonomi bangsa Indonesia, harus dimajukan dan diperjuangkan tanpa membedakan ras, suku, dan agama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas sehingga mampu bersaing dengan pengusaha asing.
HIPPI memiliki visi sebagai organisasi yang kuat, mandiri dan berdaya saing serta menjadikan pengusaha sebagai tulang punggung ekonomi nasional, sementara misinya adalah meningkatkan daya saing usaha dan industri dalam negeri, menguatkan produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta meningkatkan kualitas produk. HIPPI berlaku sebagai garda terdepan untuk industri produk dalam negeri.

Dalam rangka merealisasikan misinya, HIPPI memberikan kesempatan kepada pengusaha UKM melalui kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan citra dan nilai produk dalam negeri. Salah satunya dengan menyelenggarakan Pameran Interior & Craft (iCRAFT) yang berfungsi sebagai ajang promosi, juga pembelajaran bagi para pelaku UMKM mengenai pentingnya kualitas produk, desain, kemasan, penataan ruang pamer, dan pricing serta berguna dalam mencari peluang pasar, baik dalam negeri maupun di luar negeri.

Melalui kegiatan ini diharapkan, kehadiran produk-produk lokal semakin kuat dan meningkatkan semangat kewirausahaan di segala bidang, sehingga dalam jangka menengah akan mampu membuka lebih banyak lagi kesempatan dan lapangan pekerjaan di Indonesia. Peran UKM sangatlah penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan memajukan UKM di seluruh Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional, ujar istri Faisal Motik ini.

Yani menegaskan, diperlukan dukungan dan campur tangan pemerintah agar UKM dapat berkembang pesat. Keberpihakan pemerintah dalam membuat atau mempermudah perijinan, bantuan permodalan, dan pemasaran yang selama ini dirasakan menjadi kelemahan pengusaha industri kecil dan menengah, akan membangkitkan gairah pengusaha sekaligus memajukan usahanya sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu, HIPPI telah mengusulkan kepada pemerintah melalui Menteri Perindustrian Saleh Husin, agar memprioritaskan penempatan dan pengembangan produk-produk dalam negeri. Dan untuk para pengusaha pemula yang prospektif agar diberikan rekomendasi suatu pembiayaan atau diusulkan adanya pembiayaan khusus sejenis modal ventura.

Perempuan lulusan Maryland University, USA, itu menjelaskan, lembaga pembiayaan berupa modal ventura tersebut bisa disediakan oleh para investor besar di Indonesia dengan menyertakan modalnya ke dalam lembaga pembiayaan tersebut. Dengan dana berkisar Rp. 20 miliar hingga Rp. 30 miliar sebagai permulaan sudah dapat dijalankan. Hal ini bisa menjadi jalan keluar bagi pengusaha kecil dan menengah agar industri-industri berbasis ilmu pengetahuan dan kreatif mendapatkan modal sehingga bisa berkembang.
Banyak pengusaha pemula dalam industri-industri kreatif dibidang teknologi informasi yang berbasis ilmu pengetahuan dimana saat ini paling banyak pasarnya, kesulitan mendapatkan sumber pembiayaan. Apabila mereka mengajukan ke perbankan selalu ditolak, karena pihak bank menilai tidak sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang mereka miliki, tandas ibu dua anak ini.

Keberpihakan Suryani kepada UKM terkait latar belakangnya. Sidik, sang ayah mendidik anak-anaknya untuk disiplin dan bekerja keras. Tanpa disadari Yani, pola didikan ayahnya tersebut yang melatihnya menjadi pengusaha sekaligus seorang pemimpin. Awalnya sekitar tahun 1974, saat ia tinggal di daerah Bukit Duri, Jakarta Selatan yang dekat dengan sungai Ciliwung, dan sering ikut ayahnya berjualan sepatu. Saat masih sekolah menengah pertama (SMP), saya suka membantu ayah menjual dan memasukkan sepatu ke Bata, kenangnya.

Kemudian Yani sering mengamati dan memperhatikan bagaimana ayahnya mengelola bisnis becak, mikrolet, dan rumah kontrakan. Menginjak sekolah menengah atas (SMA), ayahnya telah melibatkannya secara langsung dalam bisnis tersebut. Yani terjun langsung mengawasi becak, menjaganya agar tidak melanggar lalu lintas. Dari sinilah secara tidak langsung ia mulai belajar cara mengorganisasikan orang dan menjalankan manajemen dengan tepat.

Saat duduk di bangku kelas 3 SMA, ayahnya meninggal dunia. Sehingga Yani harus menggantikan peran sang ayah untuk melanjutkan bisnis keluarga. Namun tak lama kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakara mengeluarkan peraturan daerah soal angkutan umum, hal inilah yang membuat usaha becaknya tutup. Ketika menikah dengan Faizal Motik, Yani kembali merintis usaha melalui kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan di bidang alas kaki. Karena pabriknya kecil, usahanya tutup.

Tetapi Yani tidak patah arang. Pada tahun 1992, seorang temannya mengajak berbisnis ular, meski awalnya takut namun ia memberanikan diri karena melihat keuntungan yang bisa diperolehnya. Waktu itu, saya bisa mendapatkan US$200 untuk satu ekor ular yang terjual. Sedangkan harganya bisa mencapai US$2.000 per ekornya. Saya pun sempat dijuluki ratu ular. Sebagian besar ular-ular tersebut berasal dari Papua, kemudian diekspor ke AS dan Eropa, akunya. Sekali lagi usaha ekspor ularnya terhenti karena masalah aturan dan perizinan. Lalu, ia pun banting setir usaha batu kuarsa. Di bawah bendera PT Prima Group, bisnisnya berkembang ke pembuatan tangki minyak dan green energy di Jambi dan Riau.

Disela kesibukannya, mantan Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dua periode berturut-turut (1997-2007) ini mengaku senang dengan pencak silat karena dalam dirinya mengalir darah Betawi. “Karena Betawi sudah hampir punah, jadi saya harus menjaganya, kalau main golf cuma untuk kepentingan bisnis,” ucap pemegang ban coklat dari Perguruan Silat Perisai Sakti Mataram. (bug)

Back to top button