Jakarta Review – Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang masing tinggi saat ini, membuat pelaku bisnis travel umroh harus memutar otak mengatur strategi bisnisnya. Sejumlah strategi pun harus diracik sedemikian rupa agar roda bisnis terus berjalan.
Direktur Utama First Travel Andika Surachman mengatakan, tidak seperti pada perjalanan wisata lainnya, meski nilai tukar dolar sempat melambung tinggi namun antusiasme masyarakat untuk pergi ibadah umrah tidak surut.
Meski nilai tukar dolar sempat melambung tinggi namun antusiasme masyarakat untuk pergi ibadah umrah tidak surut. Hal ini sangat menolong tetap tumbuhnya bisnis kami disaat situasi yang tidak menentu seperti saat ini, ujar Andika akhir pekan lalu usai membuka manasik akbar Jamaah First Travel di Mesjid Istiqlal Jakarta .
Tingginya animo masyarakat ini membuat pertumbuhan bisnis travel umroh masih relatif stabil. Disisi lain, adanya pembatasan pemerintah untuk melakukan ibadah haji sekali seumur hidup menjadi salah satu alasan bisnis umroh menjadi alternatif pilihan ke tanah suci.
Komponen perjalanan umroh itu sebagian besar komponennya menggunakan Dolar AS. Tentu saja dilihat dari sisi ekonomi atau bisnis, fluktuasi nilai tukar Rupiah sangat berpengaruh. Namun Alhamdulillah, disaat kondisi seperti itu, jamaah yang kami bakal berangkatkan tahun depan, jumlahnya stabil dibanding tahun ini, masih dikisaran 35 ribu jamaah, kata Andika.
35 ribu jamaah tersebut lanjut Andika akan diberangkatkan dalam beberapa periode dimulai 2 Desember 2015 dan akan berakhir Mei 2016. Pokoknya dalam seminggu, kami melakukan empat kali keberangkatan, cetusnya.
Jurus Negosiasi
Untuk mengatasi gejolak nilai tukar tersebut, pihaknya melakukan berbagai jurus efisensi, khususnya dalam biaya operasional. Ini termasuk melakukan renegosiasi ulang dengan sejumlah vendor dan partner bisnisnya.
Alhamdulillah mereka mengerti karena hubungan kita memang baik. Selain menekan budget operasional, menaikan harga memang tak bisa dihindari, tapi kenaikan tersebut masih terukur, tuturnya seraya menambahkan jumlah jumlah jemaah yang kita bawa juga berpengaruh cukup signifikan terhadap keberhasilan negosiasi.
Saat ini kenaikan harga yang berlaku berkisar antara US$ 100 sampai US$ 200 tergantung paket yang diambil jamaah. Sekarang paket yang paling murah sekitar Rp 16 juta, dulu bisa hanya Rp 15 jutaan. Kalau yang regular mulai Rp 25 jutaan, dan paket VIP di atas Rp 50 juta, tuturnya.
Strategi khusus untuk menjaring jamaah di seluruh Indonesia dengan cepat dilakukan dengan promosi dari mulut ke mulut. Promosi di radio dan TV walau tak sering pun masih dilakukannya.
Promosi yang terpenting lanjut Andika adalah bagaimana merealisasikan semua janji promosi.
Apa yang dijanjikan kepada jamaah dalam pelayanan, itulah yang diberikan, jangan dikurang-kurangi. Jadi jamaah tak kecewa dengan pelayanan kami,” terang Andika.(win)